Jumat, 09 Oktober 2015

HADIS 1 PEMBAHASAN KEIMANAN


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kajian konsep tentang iman, islam, ihsan dan hari kiamat sampai kapan pun selalu saja relefan, sebagai seorang yang beriman hendaklah memiliki pengetahuan dan keyakinan yang mantap terhadap yang dipercayai. Seorang tidaklah cukup menganut islam saja tanpa mengiringinya dengan iman. Begitu juga sebaliknya islam tanpa iman tidaklah berarti. Akan tetapimiman dan islam juga belum cukup karena harus dibarengi oleh ihsan supaya segala amal ibadahnya mendapat nilai atau pahala disisi Allah, dengan demikian iman, islam, ihsan akan mendapatkan pahala dari ibadahnya baik didunia terutama dikiamat kelak yang tidak ada seorangpun yang tahu kapan terjadinya kecuali Allah SWT.

Ruang Lingkup Pembahasan
Pembahasan dalam makalh ini mencakup topik-topik yang berkaitan dengan:
Hubungan iman, islam, ihsan dan hari kiamat
Pasang surut keimanan dan keislaman
Rasa malu sebagian dari iman








BAB II
PEMBAHASAN

HUBUNGAN IMAN, ISLAM, IHSAN DAN HARI KIAMAT.
Hadist.
 


Terjemahan hadist
Umar bin khatthab r.a berkata, pada suatu hari ketika Nabi SAW sedang duduk bersama sahabat tiba-tiba datang seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya dan sangat hitam rambutnya, tidak terlihat padanya bekas perjalanan dan tiada seorangpun diantara kami mengenalnya hingga ia duduk di dekat Nabi SAW, lalu ia sandarkan kedua lututnya kepada kedua lutut Nabi, dan ia letakan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Nabi dan laki-laki tersebut bertanya, Hai Muhammad, beritahukanlah kepadaku tentang islam itu? Nabi SAW menjawab “Islam adalah mengakui bahwa tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah SWT dan Muhammad adalah utusan Allah SWT, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa dibulan Ramadhan dan menjalankan haji ke Baitullah jika mampu. Dia berkata benar engkau Muhammad. Maka kami tercengang memperhatikan orang tersebut, karena dia bertanya dan dia sendiri yang membetulkannya. kemudian laki-laki itu bertanya lagi, beritahukanlah aku tentang iman? Nabi SAW menjawab “iman adalah percaya kepada Allah SWT, kepada malikatnya, kepada kitab-kitabnya, para Rasulnya, dan percaya kepada hari kiamat, serta percaya kepada takdir baik dan takdir buruk dari Allah SWT. Dia berkata betul kamu, lalu laki-laki itu bertanya lagi, beritahukanlah kepadaku tentang ihsan itu? Nabi menjawab “ihsan adalah menyembah kepada Allah SWT seakan-akan engkau melihatnya, kalau engkau tidak mampu melihatnya ketahuilah bahwa Allah SWT melihatmu. Lalu laki-laki itu bertanya lagi, beritahukanlah kepadaku tentang datangnya hari kiamat itu? Nabi menjawab “orang yang bertanya tidak lebih mengetahui dari yang bertanya. Kalau begitu beritahukanlah tentang tanda-tandanya! Rasulullah menjawab: yaitu apabila budak perempuan telah melahirkan majikannya, dan orang-orang kafir miskin yang pekerjaannya sebagai penggembala telah bermegah-megahan membangun gedung-gedung. Kemudian laki-laki itu pergi, maka saya termenung sejenak. Kemudian Rasulullah bertanya, Ya Umar, apakah kamu tahu orang yang bertanya tadi? Saya menjawab: Allah SWT dan Rasul-Nya yang lebih  mengetahui, Rasulullah bersabda: “Dia adalah malaikat jibril, yang datang untuk mengajarkan agama islamkepada kamu sekalian manusia. (H.R Muslim).



Asbabul wurud
Ketika Nabi SAW sedang duduk bersama sahabat tiba-tiba datang seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya dan sangat hitam rambutnya, ia bertanya kepada nabi Muhammad Saw tentang iman, islam, ihsan dan hari kiamat lalu Rasululah menjelaskan kepada laki-laki yang bertanya tersebut. Kemudian laki-laki itu pergi dan Nabi menyuruh Umar bin Katthab memanggilnya, tapi umar tidak menemukannya. Lalu Rasulullah bersabda: “Dia adalah Malaikat Jibril, yang datang untuk mengajarkan agama islam kepada kamu sekalian manusia.
Penjelasan hadist
Hadits ini diambil dari kitab mu’jam muhfaras jus 4 dengan asal kataعبد  terdapat dalam kitab hadits imam Muslim, bab iman 37. Kemudian dalam hadits Imam Bukhari bab iman 37 dalam potongan haditsnya mengatakan:
 
               
                
“Dan termasuk dalam lima macam yang tidak dapat mengetahui kecuali Allah, yaitu yang termasuk dalam ayat: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”
Dalam hadist diatas ada empat masalah pokok yang saling berkaitan satu sama lain yaitu: iman, islam, ihsan dan hari kiamat. Seseorang tidaklah cukup hanya menganut agama islam saja tanpa mengiringinya dengan iman. Begitu pula sebaliknya ialam tanpa iman tidaklah berarti. Akan tetapi iman dan islam juga belumlah cukup karena harus dibarengi ihsan supaya segala amal ibadahnya mendapat nilai atau berpahala di sisi Allah SWT. Dengan demikian ia akan mendapatkan hasilnya, yaitu mendapat pahala dari ibadahnya, baik didunia dan terutama dihari kiamat kelak, yang tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kapan terjadinya kecuali Allah SWT.

Dibawah ini akan dibahas lebih rinci tentang iman, islam, ihsan dan hari kiamat:
Iman
Iman berasal dari kata bahasa Arab dengan kata dasar amana-yu’minu-imanan, artinya beriman atau percaya. Percaya dalam bahasa indonesia artinya mengakui atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercayai) itu memang benar atau nyata adanya. Iman sering juga di kenal dengan istilah akidah. Akidah artinya ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaan dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain.
Iman adalah percaya kepada Allah SWT, para malaikatnya, berhadapan dengan Allah SWT, percaya kepada para rasulnya, dan percaya kepada hari berbangkit dari kubur. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah (2) : 285
              
                 
“ Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."

Bahwa iman intinya percaya dan mengakui bahwa Allah SWT itu ada dan Esa, tiada tuhan selain Allah SWT dan Muhammad adalah utusan-Nya. Begitu pula beriman kepada qada dan qadar kepada Allah SWT dan jumlah rukun iman yang enam. Keimanan dipandang sempurna apabila ada pengakuan dengan lidah, pembenaran dengan hati secara yakin dan tidak bercampur keraguan dan dilaksanakan dalam perbuatan sehari-hari.
Islam
Islam adalah agama yang dibawa para utusan allah dan disempurnakan pada masa Rasulullah SAW yang memiliki sumber pokok Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW sebagai petunjuk umat manusia sepanjang masa.
Dalam hadis diatas dinyatakan bahwa islam adalah menyembah kepada Allah SWT dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, mendirikan sholat, menunaikan zakat yang difardukan dan berpuasa dibulan Ramadhan. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ali Imran: 19
     
 Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.
Secara singkat islam mengatur segala aspek kehidupan, baik yang berkenaan dengan kepercayaan, ibadah, moral, sosial, ekonomi, kebudayaan, pemerintahan hubungan internasional serta nasional serta pandangan dan sikap terhadap alam semesta.
Ihsan
Ihsan secara bahasa berbuat kebaikan, sebagaimana dalam firman allah surat an-Nahl ayat: 90
     ....
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,...”
Dalam arti khusus Islam disamakan dengan akhlak, yaitu sikap atau tingkah laku yang baik menurut islam. Adapun islam menurut syariah telah dirumuskan oleh rasullulah dalam hadist diatas “ menyembah kepada Allah SWT seakan-akan engkau melihatnya jika engkau tidak mampu melihatnya maka ketahuilah bahwa allah maha melihat. Maksudnya kita dalam menyembah allah harus bersungguh-sungguh, seriua dan penuh keikhlasan dan mengabdi kepada Allah SWT dan menunmbuhkan keyakinan bahwa Allah SWT berada didepan kita dan mengawasi amal perbuatan kita.
Hari kiamat
Percaya kepada hari kiamat termasuk salah satu rukun iman yang harus diyakini oleh semua yang beriman meskipun tidak ada yang tahu kapan waktunya bahkan Rasulullah pun tidak mengetahuinya. Namun Rasulullah SAW memberikan dua tanda terjadinya hari kiamat:
Jika hamba sahaya telah melahirkan majikannya
 Ada 3 pendapat mengenai tafsiran kalimat diatas:
Ketika seorang budak menikah dengan tuannya
Ketika perzinahan telah merajalela
Ibu yang melahirkan anak durhaka
Jika pengembala onta dan ternak lainnya berlomba membangun gedung-gedung yang megah lagi tinggi.
Dengan kata lain kedua tanda kiamat tersebut merupakan tanda jangka panjang, sedangkan tanda jangka pendek adalah seperti terbitnya matahari dari arah barat. Akan tetapi hanya allha sajalah yang tahu kapan datangnya hari kiamat seperti dijelaskan dalm surat Lukman: 34:
             
                   
“ Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok[1187]. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Dapat kita lihat hadits tersebut berfungsi sebagai bayan ta’qid dari ayat-ayat di atas yaitu yang memperkuat ayat.


PASANG SURUT KEIMANAN DAN KEISLAMAN
Hadist

Terjemahan hadits
“ Hadits dari abu hurairah r.a, berkata bahwa nabi saw telah bersabda : tidak akan berzina seorang pezina diwaktu akan berzina bila ketika akan berzina ia sedang beriman. Dan tidak akan minum khamar seorang laki-laki diwaktu ia akan minum bila ia sedang beriman. Dan tidak akan mencuri seorang mencuri diwaktu ia akan mencuri jika ia sedang beriman. Dalam riwayat lain : dan tidak akan merampas rampasan yang berharga sehingga orang-orang membelalakan mata kepadanya, ketika merampas jika ia sedang beriman.
Hadits ini kami temukan dan kami telaah dengan kata-kataز نى  maka dapat kita temukan didalam kitab ibnu majjah kitab fatana 3

Asbabul wurud
Sepanjang penelusuran pemakalah, bahwa kami belum menemukan asbabul wurudnya.

Penjalasan hadits
Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT akan selalu merasa diawasi oleh zat yang maha mengetahui yaitu Allah SWT. Ia memiliki keyakinan bahwa segala amal perbuatan harus dipertanggung jawabkan kelak dihadapan Allah SWT dan ia sendiri yang akan menerima akibat dari perbuatannya, baik ataupun buruk, sekecil apapun perbuatannya sesuai dengan surat Az – Zalzalah ayat 7-8 :
                 
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula”.
Oleh karena itu, orang yang benar-benar beriman pasti selalu berusaha untuk mengerjakan perbuatan yang baik dan menjauhi perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Ia tidak mungkin berbuat maksiat dengan sengaja karena ia merasa malu dan takut menghadapi azab Allah SWT dan takut tidak mendapatkan keridhoan-Nya.
Sebaliknya orang yang tidak beriman kepada Allah SWT akan merasa bahwa hidupnya didunia tidak akan memiliki beban apa-apa. Ia hidup semaunya dan perbuatannya tidak mementingkan apakah perbuatannya itu baik atau buruk baginya ia merasa senang dan bahagia dengan apa yang ia lakukan.
Adapun bagi orang yang menyatakan ia beriman kepada Allah SWT, tetapi sering melakukan perbuatan dosa atau maksiat, mereka mengetahui perbuatan yang dilakukannya adalah perbuatan dosa tetapi mereka tidak berusaha untuk mencegah dirinya dari perbuatan tersebut. Hal ini disebabkan karena kuatnya godaan setan dan besarnya dorongan hawa nafsu untuk melakukan perbuatan maksiat. Dalam keadaan ini ia tetap beriman tetapi keimanannya lemah atau berkurang. Semakin sering melakukan perbuatan dosa semakin lemah keimanannya.
Keimanan seseorang adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka setiap orang beriman harus berusaha untuk selalu memperbaharui keimanan dan keislamannya, antara lain, dengan selalu mengingat Allah SWT dan mengerjakan perbuatan yang baik dan yang diridhoi-Nya. Selain itu ia harus selalu ingat bahwa sekecil apapun perbuatan maksiat, akan mendapatkan balasan dari Allah SWT apalagi perbuatan yang termasuk dosa besar. Namun jika seseorang hamba mau bertoubat ia akan mendapatkan ampunan dari Allah SWT dan sipastikan imannya akan kembali utuh. 

RASA MALU SEBAGIAN DARI IMAN
Hadist


Terjemahan
“Hadist dari ibnu umar bahwa nabi SAW melewati (melihat) seorang laki-laki dari kaum ashar yang sedang menasehati saudaranya karena malu maka nabi SAW bersabda: “ biarkanlah ia karena sesungguhnya malu bagian dari iman”.

Asbabul wurud hadist
seperti tercantum dalam Al-jam’ul Kabir dari Hasan Abu Bakrah, bhwa Nabi SAW mendengar seorang laki-laki memberi nasehat kepada saudaranya mengenai hal malu maka nabi Saw. Bersabda: “sesungguhnya malu itu sebagian dari iman”.

Penjelasan hadist
Hadits ini di ambil dari kata  حي dalam mu’jam muhfaras jus 1 dan hadits ini dapat ditemukan dalam kitab Bukhari, imam bab 16, bab adab 77, dalam kitab muslim, kitab iman 57-59 dan dalam kitab abi daud bab sunnah 14 dan kitab turmizi kitab barra 56.
Rasa malu merupakan salah sifat yang dimiliki oleh manusia dan sekaligus merupakan salah stu sifat yang membedakan manusia dengan binatang. Kadar rasa malu pada tiap-tiap,orang berbeda-beda ada yang pemalu, tidak pemalu, dan ada yang agak pemalu.
Sifat malu yang dinyatakan dalam hadist diatas merupakan sebagian dari iman, tetapi arti malu disini adalah malu dalam mengerjakan kejelekan, namun malu untuk melakukan perbuatan baik tidaklah termasuk kedalam kategori malu dalam hadist, begitu pula malu untuk melarang orang lain berbuat kejelekan. Sebagaimana firman allah dalam surat Al-Ahzab 53
.....        ....
“....dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar....”
.
Malu dalam syariat islam terbagi atas dua macam yaitu:
Malu kepada Allah
Ialah malu untuk berbuat maksiat atau melanggar larangannya.
Malu kepada sesama manusia 
Ialah menutup mata dari hal-hal yang tidak berguna.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Iman adalah percaya kepada Allah SWT, para malaikatnya, berhadapan dengan Allah SWT, percaya kepada para Rasulnya, dan percaya kepada hari berbangkit dari kubur. Keimanan dipandang sempurna apabila ada pengakuan dengan lidah, pembenaran dengan hati secara yakin dan tidak bercampur keraguan dan dilaksanakan dalam perbuatan sehari-hari.
Islam adalah agama yang dibawa para utusan allah dan disempurnakan pada masa Rasululloh SAW yang memiliki sumber pokok Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW sebagai petunjuk umat manusia sepanjang masa. hari kiamat termasuk salah satu rukun iman yang harus diyakini oleh semua yang beriman meskipun tidak ada yang tahu kapan waktunya bahkan Rasulullah pun tidak mengetahuinya.
Malu dalam syariat islam terbagi atas dua macam yaitu:
Malu kepada Allah
Ialah malu untuk berbuat maksiat atau melanggar larangannya.
Malu kepada sesama manusia 
Ialah menutup mata dari hal-hal yang tidak berguna.
Sifat malu yang dinyatakan dalam hadist diatas merupakan sebagian dari iman, tetapi arti malu disini adalah malu dalam mengerjakan kejelekan, namun malu untuk melakukan perbuatan baik tidaklah termasuk kedalam kategori malu dalam hadist, begitu pula malu untuk melarang orang lain berbuat kejelekan.

Saran
Kami pemakalah menyadari akan kekurangan yang kami miliki, karena keterbatasan informasi dan pengetahuan juga pemahaman yang kurang luas. Karena itulah kritik dan saran dari pembaca terutama dari dosen pembimbing sangatlah berarti untuk keberhasilan kami kelak.







DAFTAR PUSTAKA

Bukhari, lihafizh ibn ‘ali Ibn Hajar ‘asaqolani, jus awal, Kitab Iman bab 37
Ahmad Mudjab Mahali, 2003, Hadis-hadis Mutafaq ‘Alaih, Prenada Media, Jakarta Timur
Kaelany HD, 2000, Islam, Iman dan Amal Shaleh, PT Rineka Cipta, Jakarta
Syafe’i Rachmat, 2003, Al-hadits ( Aqidah, Akhlak,Sosial dan Hukum), Pustaka Setia, Bandung
Kitab Ibnu Majjah, Imam Muhadits Abi Abdillah Muhammad Ibn Yazid al-Qazauyani, jus 4 bab 3 kitab fatan
Ibnu Haulmzah al-Hisaini al-Hanafi ad Damziqi,  2005, Asbabul Wurud, Kalam Mulia, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar