Jumat, 09 Oktober 2015

ULUMUL QUR.AN PEMBAHSAN NUZUL QUR.AN

PENDAHULUAN

     Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai petunjuk bagi umat manusia. Sebagai orang Islam, tentu kita harus pandai membaca Al-Qur’an dan senantiasa memahami makna yang terkandung di dalamnya, untuk dijadikan sebagai pedoman hidup mencapai kebahagiaan ukhrawi.
     Selain hal itu, kita juga seharusnya tahu bagaimana proses penurunan Al-Qur’an tersebut hingga sampai kepada kita sekarang. Untuk itu, kita harus mengetahui tentang Nuzul Al-Qur’an, tahapan-tahapan turunnya Al-Qur’an, hikmah diturunkan al-Qur’an secara berangsur-angsur, serta mengetahui ayat pertama dan terakhir turun.

NUZUL AL-QUR’AN
Pengertian Nuzul Al-qur’an
Al-Qur’an sebagai kalam Allah disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui suatu proses yang disebut dengan nuzul atau inzal. Makna dari nuzul adalah :
Dari segi bahasa nuzul memiliki beberapa arti yaitu :
ﺎلحلوفي مکان  (menetap disuatu tempat).
Contohnya adalah kalimat berikut : نزل اﻷمير “seseorang pemimpin menetap di suatu kota: kata   نزل  dalam bentuk muta’addy ( المتﻌد ي   ) yaitu انزال   yang memiliki arti menempatkan sesuatu pada suatu tempat. Seperti fiman Allah dalam surat al-Mukminun : 29 , yang artinya :“Dan berdo’alah :ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat.”
نزل الشيء من علو إلى سفل (sesuatu turun dari tempat yang tinggi menuju tempat yang rendah).
Contohnya adalah kalimat :  نزلفلان من الجبل  seorang laki-laki turun dari gunung. Jika dalam bentuk muta’addy-nya, maknanya adalah menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.
Seperti fiman allah dalam surat Thaha ayat : 53
وأنزل من آلسمآءمآءفأخرجنابﻪ۰۰۰۰ “Dan Allah telah menurunkan dari langit air hujan…..”
      Berikut beberapa makna nuzul al-Qur’an :   
Sebagian ulama ada yang mengartikan nuzul dengan اظهارالمعنى  yaitu :menampakkan atau melahirkan al-Qur’an. Maksudnya Al-Qur’an diwujudkan dari yang semula bersifat immateri menjadi bersifat materi.
Pendapat kedua, nuzul itu adalah Allah SWT mengajarkannya kepada Malaikat Jibril baik mengenai bacaannya maupun pemahamannya lalu Jibrillah yang menyampaikannya kepada nabi Muhammad SAW yang berada di bumi.
Nuzul adalah إعلامﺑﻪ (al-I’lam bih) yaitu memberitaukannya. Artinya memberitaukan melalui tahapan pada lauh mahfuz, lalu ke bait al-izah di langit dunia kemudian disampaikan dalam jiwa nabi Muhammad SAW.
Adapun alasan digunakannya istilah nuzul adalah menunjukan ketinggian al-Qur’an dan mengisyaratkn kebesaran dan ketinggian zat pemilik kalam tersebut yaitu Allah SWT.
Tahapan Turunnya Al-Qur’an
Al-Qur’an turun pada bulan Ramadhan pada malam yang disebut “malam yang diberkahi” (qs. Al-dukhan/44:3) atau “malam Qadar” (qs. Al-qadr/97:1).
Penurunan dari Allah SWT ke lauh mahfuz.
Penurunan Al-Qur’an pada tahapa ini berlangsung secara sekalian tidak terpisah atau berangsur-angsur. Lauh mahfuz adalah tempat pencatatan rencana dan ketentuan Allah terhadap mahluknya yang di dalamnya pula al-Qur’an dan kitab suci lainnya tersimpan sebelum di turunkan kepada para Rasul.
Namun bagaimana wujud dan kapan al-Qur’an berada di lauh mahfuz, hanya Allah yang maha mengetahui. Firman Allah dalam surat al-Buruj: 21-22   
Yang artinya : “Bahkan yang didustakan mereka itu adalah al-Qur’an yang mulia, yang (tersimpan)dalam lauh mahfuzh”
Penurunan dari lauh mahfuz ke bait al-izzah.
Dalil-dalil yang mengenai hal ini adalah :
Surat al-Dukhan : 3, yang artinya :”Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang member peringatan”.
Surat al-Qadar: 1, yang artinya :”sesungguhnya kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam kemuliaan”.
Surat al-Baqarah : 8, yang artinya: “(beberapa hari yang telah ditentukan itu ialah)bulan ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang yang bathil).”
Ketiga ayat ini menunjukan bahwa al-Qur’an diturunkan pada suatu malam yang disifati dengan malam yang penuh berkah, dinamakan dengan Lailatul Qadar.
Pendapat Ulama
Pendapat ibn Abbas dan ulama lain
Al-Qur-an diturunkan secara sekaligus ( جملةواحدة )ke bait al-izzah di langit dunia kemudian setelah itu al-Qur’an ditunkan kepada Rasulullah saw secara bertahap selama 23 tahun.
Pendapat al-Sya’bi
Menurutnya,  malam  qadar adalah permulaan turunnya al-Qur’an kemudian turunnya itu berlanjut sesudah itu secara bertahap sesuai dengan kejadian peristiwa-peristiwa selama lebih kurang 23 tahun. 13 tahun di makkah dan 10 tahun di madinah.
Ijtihad sebagai mufassir seperti Fakhruddin al-Razy.
Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia selama malam Lailatul Qadar, yang pada setiap malamnya itu ada yang ditentukan Allah untuk di turunkan pada setiap tahunnya.
Pendapat al-Mawardi
Al-Mawardi mengemukakan bahwa al-Qur’an turun ke lauh mahfuz secara sekaligus kemudian barulah Jibril menyampaikannya kepada Nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur selama 20 tahun. Pendapat yang lebih shahih dan mansyuradalah pendapat pertama karena didukung oleh banyak riwayat ibnu Abbas.

HikmahTurunnya Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur
Hikmah-hikmah penurunan al-Qur’an secara berangsur-angsur adalah :
Menguatkan dan meneguhkan hati Rasulullah SAW.
Ini adalah hikmah yang paling besar di antara hikamah penurunan al-Qur’an secara berangsur-angsur.
Hikmah pertama ini mencakup beberapa hal berikut :
Pengukuh dan penguat hati nabi Muhammad SAW. pembangkit semangatnya dan penghibur baginya.
Hal ini karena penurunan wahyu yang berulang-ulang dan kesinambungan ayat-ayat yang menyatakan bahwa misinya itu benar dan tidak perlu diragukan lagi menyatakan kemenangan bagi orang-orang yang bertakwa dan pertolongan itu hanyalah bagi para Nabi dan pengikutnya.
Ayat turun kepadanya sebagai penghibur baginya. Kadang-kadang ayat tersebut melarangnya untuk bersedih hati dan berduka cita sehingga kesedihan tersebut membinasakan diri, sebagaimana firman-Nya :
      Artinya :   
“Maka janganlah dirimu binasakarena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat.”(Qs. Fathir: 8)
Memudahkan penghapalan dan pemahamannya bagi nabi Muhammad SAW. sebab, rasulullah SAW termasuk orang yang antusias untuk menghafal dan memahami al-Qur’an.
Berangsur-angsur dalam mendidik umat, baik agama, ahlak, social kemasyarakatan, akidah, ilmu maupun perbuatan.
Hikmah yang kedua ini terdiri atas beberapa macam yaitu :
Bertahap atau berangsur-angsur dalam melepaskan akidah yang rusak,
kebiasaan-kebiasaan yang berbahaya dan kemungkaran-kemungkaran yang menghancurkan atau terkutuk.
Bertahap dalam menetapkan akidah atau keyakinan yang benar, aturan peribadahan, amaliah, tata karma dan akhlak terpuji.
Memudahkan penghapalan dan pemahaman bagi umat. Allah SWT mengharuskan kaum muslimin untuk menghapalkan lafaz-lafaznya, sebagaimana juga mereka diharuskan untuk memahami makna-maknanya.
Menguatkan hati orang-orang mukmin dan membiasakan mereka untuk menanggung beban dan menyebutkan kisah-kisah para Nabi terdahulu dari masa ke masa serta mengingatkan mereka bahwa pertolongan disertai dengan keteguhan dan kesabaran.
Berkesesuaian dengan berbagai kejadian, situasi dan kondisi. Firman Allah SWT  dalam Q.S Al-Furqan : 33, yang artinya :   
“tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami mendatangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.”(Qs. Al-furqan :33)

Hikmah ketiga ini mencakup hal berikut :
Penjelasan aturan Allah SWT dalam ketetapan dan kejadian-kejadian di antara kaum muslim.
Sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang dilontarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa pertanyaan untuk mengukuhkan dan menguatkan misinya maupun berupa permohonan petunjuk dan keingintahuan terhadap sesuatu.
Dalam kesempatan yangl lain, penurunan al-Qur’an secara bertahap juga merupakan teguran bagi kaum muslimin terhadap kesalahan dan kekhalifahan mereka serta merupakan peringatan terhadap kebiasaan-kebiasaan dan keterporosokan dalam perbuatan salah.
Peringatan bagi orang-orang muslim terhadap orang-orang munafik dan pengungkapan kejelekan jiwa mereka. Sebab mereka telah menyatakan keislaman, bergaul dengan orang-orang islam, dan telah mengetahui rahasia-rahasia dan kondisi orang-orang islam.
Memudahkan menghafal dan memahaminya bagi umat yang mungkin pada waktu itu masih buta huruf dan mereka lebih unggul dalam menghafal.
Mempermudah tugas dan misi yang diemban Rasul serta secara tidak lansung misi itu ;telah dapat diterima dan mengubah pola pikir masyarakat arab yang terkenal keras.
Sebagai tantangan dan mukzijat.
Kesesuaian dengan peristiwa-peristiwa dan pentahapan dalam penetapan hukum.
Bukti qath’I bahwa al-Qur’an diturunkan dari sisi yang maha bijaksana dan maha terpuji.

Ayat Pertama dan yang Terakhir Turun
Terdapat perbedaan pendapat ulama tentang ayat pertama kali turun, sebagai berikut :
Pendapat pertama adalah : Qs.al-Alaq 1-5 :   
آقرأبآسم ربك آلذى خلق۞ﺧلق آلإنسن من علق۞
آقرأوربك آلأكرم۞آلذى علم بآلقلم۞علم آلإنسن مالم يعلم۞
         Artinya :
Bacalah dengan (menyebut) namaTuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,
Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya,
Pada surat ini, banyak mengandung makna bahwa Allah memerintahkan agar membaca apapun yang dapat dibaca. Dalam surat ini, tedapat pula informasi tentang Allah mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahui dan penggunaan pena. Ini mengandung isyarat bahwa manusia hanya dapat menjadi sempurna bila diberi pendidikan dan pengajaran, dan alat tulisnya yang terpenting adalah pena
Pendapat kedua, adalah :QS. Al- Mudatsir :1
Wahyu kedua ini datang setelah tiga tahun berselang dari wahyu pertama, surat ini adalah suatu perintah bagi Rasulullah untuk melakukan dakwahnya.
Pendapat ketiga, adalah :QS. Al-Fatihah :1-7
Pendapat keempat, menyatakan bahwa ayat yang pertama kali turun adalah :
بسمﷲالرحمن الرحيم , yang artinya : “dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.”
Dari beberapa pendapat dapat diketahui bahwa mayoritas ulama menilai bahwa pendapat pertama adalah pendapat yang paling valid.
Sebagaimana halnya ayat pertama turun, ayat terakhir turun juga terdapat perbedaan pendapat ulama, sebagai berikut :
Pendapat pertama QS. Al-Baqarah : 278
Pendapat keduaQS. Al-Maidah : 3
Surat al-Maidah ini berisi tentang pesan bahwa ajaran tuhan tentang manusia dan kemanusiaan telah sempurna diberikan lewat al-Qur’an. Sesuai dengan makna Al-Maidah yaitu hidangan. Maka, untuk mencapai kesempurnaan manusia dan kemanusiaan tersebut, perlu ada sesuatu yang dihidangkan yaitu pendidikan dan pengajaran.
Selain itu, juga ada pendapat para ahli lain, diantaranya :
Pendapat pertama, ayat yang terakhir turun adalah ayat riba, yaitu firman Allah Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ  فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ الل وَرَسُولِهِ
Artinya :“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba, jika kalian beriman. Jika kalian tidak mau melaksanakannya maka umumkan untuk berperang dengan Allah dan rasul-Nya…” (QS. Al-Baqarah: 278 sampai ayat 281).
Pendapat kedua, ayat yang terakhir turun adalah firman Allah, yang menyatakan:
وَاتَّقُوا يَوْماً تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ
Artinya :“Dan takutlah kalian terhadap hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak didzalimi.” (QS. Al-Baqarah: 281).
Pendapat ini sebagaimana keterangan dari Ibnu Abbas dan Said bin Jubair yang diriwayatkan An-Nasai.
Pendapat ketiga, ayat yang terakhir turun adalah firman Allah tentang utang, itulah ayat terpanjang dalam Al-Quran:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلَى أَجَلٍ مُسَمّىً فَاكْتُبُوهُ وَلْيَكْتُبْ بَيْنَكُمْ كَاتِبٌ بِالْعَدْلِ وَلا يَأْبَ كَاتِبٌ أَنْ يَكْتُبَ كَمَا عَلَّمَهُ اللَّهُ فَلْيَكْتُبْ وَلْيُمْلِلِ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلا يَبْخَسْ مِنْهُ شَيْئاً ….
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikit pun daripada utangnya…” (QS. Al-Baqarah: 282)
Pendapat ke-empat, ayat yang terakhir turun adalah firman Allah:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلامَ دِيناً
Artinya :“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3).



PENUTUP
Kesimpulan
Nuzul Al-Qur’an adalah proses memberitahukan Al-Qur’an dari Allah swt sampai kepada nabi Muhammad SAW melali beberapa tahapan yaitu dari lauh mahfuz, lalu ke langit dunia, kemudian sampai kepada Nabi Muhammad saw,yang turun secara sekaligus dan berangsur-angsur.
Tahapan penurunan Al-Qur’an ada tiga yaitu :
Penurunan dari Allah swt ke lauh mahfuz secara sekaligus
Dari lauh mahfuz ke langit dunia secara sekaligus
Penurunan dari langit dunia kepada Nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur.

Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui tentang Nuzul al-Qur’an ini, dan dapat mengambil manfaat yang ada serta mengamalkannya.
Dalam penyajian isi makalah ini, penulis masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan. Untuk itu, diharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan sarannya yang membangun untuk penulisan makalah ini menjadi lebih baik kedepannya.





DAFTAR PUSTAKA
Abd al-Azhimal-Zarqani, Muhammad. 1996.  Manahil Al-Irfan fi Ulumul Quran, Beirut : Dar  Al-Kutub Al-Islamiyah
Hasanudin. 1995. Perbedaan Qira’at dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum dalam al-Quran. Jakarta : PT. raja grafindo persada
Harun, Salman. 1999. Mutiara Al-Qur’an. Jakarta : logos
Dahlan,Abdul Aziz. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakara :PT. Ictiar Baru Van Houve
al-Suyuthi,  Jalaludin. 2005. Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an. Bairut :Dar al-Fikr
Muhammad bin Muhammad abu syuhbah. 2002. Kitab al-Madkhal Li Dirasat Al-Qur’an Al-Karim. Bandung :Pustaka Setia
http://www.konsultasisyariah.com/ayat-yang-terakhir-turun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar