Sabtu, 10 Oktober 2015

ULUMUL QUR.AN PEMBAHASAN MUNASABAH AL-QUR’AN


PENDAHULUAN
    Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril yang berbahasa arab apabila membacanya akan mendapat pahala yang diturunkan secara mutawatir yang diawali dengan surat al-fatihah dan diakhiri dengan surat an-nas. Dalam al-Qur’an terdiri dari 114 surat, diantara surat-surat tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, yang menjelaskan tentang kandungan ayat sebelumnya maupun sesudahnya. Dalam ulumul qur’an keterkaitan ayat dengan ayat dinamakan dengan munasabah al-qur’an. Dalam makalah ini penulis akan menyajikan tentang pengertian munasabah, macam-macam munasabah, pendapat ulama tentang urutan ayat dan surat dalam al-Qur’an serta urgensi mempelajari munasabah al-Qur’an.












   
PENGERTIAN MUNASABAH
    Kata munasabah secara etimologi,menurut As-Suyuti berarti al-musyakalah (keserupaan) dan al-muqarabah (kedekatan).
Menurut Louis ma'luf menjelaskan munasabah berasal dari kataمناسبة   ناسب- ينسب-yang berarti dekat, serupa, dan mirip sama artinya dengan al-muqarabah yakni mendekatkan dan menyesuaikannya, al-nasiib artinya dekat dan berkaitan. Al-nasibb juga berarti al-rabiith yakni ikatan, pertalian dan hubungan. Sesuai dengan pendapat diatas Al-Zarkasi menjelaskan bahwa  munasabah menurut bahasa adalah  al-musyakalah dan al-muqarabah yang berarti saling menyerupai dan saling merndekati.
Menurut terminologi munasabah dapat di defenisikan sebagai berikut:
Az-zarkaysi.
    Munasabah adalah suatu hal yang dapat dipahami tatkala dihadapkan kepada akal, pasti akal itu dapat menerimanya.
Manna’ Al-Qathan.
    Munasbah adalah  sisi keterkaitan antara beberapa ungkapan di dalam satu ayat, atau antar ayat pada beberapa ayat atau antar surat didalam al-Qur’an.
Ibn Al’Arabi.
    Munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat Al-Qur’an sehinga seolah-olah merupakan satu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat agung.
Al-Biqa’i
 Munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan dibalik susunan atau urutan bagian-bagian Al-Qur’an, baik ayat dengan ayat atau surat dengan surat.Jadi yang dimaksud dengan munasabah disini adalah bentuk keterkaitan antara kalimat dan kalimat didalam suatu ayat atau keterkaitan antara ayat dengan ayat dalam jumlah ayat yang banyak atau keterkaitan antara surat dengan surat yang lain.
Berdasarkan kajian munasabah, ayat al-Qur’an dianggap tidak terasing antara satu dengan yang lainya. Ia mempunyai keterkaitan, keserasian dan hubungan. Hubungan itu terletak antara ayat dengan ayat, antara surat dengan isi surat, antara awal surat dengan akhir surat, antara kalimat-kalimat yang terdapat dalam setiap ayat dan lain sebagainya.
B. MACAM-MACAM MUNASABAH
1. Hubungan satu surat dengan surat sebelumnya
    Satu surat berfungsi menjelaskan surat sebelumnya. Misalanya di dalam surat Al- Fatihah ayat 6 disebutkan:
     
“Tunjukilah  Kami jalan yang lurus”
Lalu di jelaskan dalam surat Al- Baqarah, bahwa jalan yang lurus itu adalah mengikuti petunjuk Al-Qur’an, sebagaimana yang disebutkan didalam sural Al-Baqarah ayat 2:
               
Artinya: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
As-Suyuti menyimpulkan bahwa munasabah antara satu surat dengan surat sebelumnya berfungsi menerangkan atau menyempurnakan ungkapan pada surat sebelumnya.
2. Hubungan  antara nama surat dengan isi surat atau tujuan surat
Nama-nama surat biasanya diambil dari masalah pokok di dalm satu surat misalnya, surat An-Nisa’ artinya perempuan, karena didalamnya banyak menceritakan tentang masalah perempuan.
Setiap surat mempunyai tema pembicaraan yang menonjol, dan itu tercerminpada namanya masing-masing seperti surat Al-Baqarah, Yusuf, An-Naml, Al-jinn dan sebagainya. Lihatlah firman Allah dalam surat Al-Baqarah 67-71.
                                                                                                                           
67. dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan Kami buah ejekan?"[62] Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".
68. mereka menjawab: " mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina Apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".
69. mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan kepada Kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."
70. mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan kepada Kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena Sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi Kami dan Sesungguhnya Kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)."
71. Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.



3. Munasabah antar bagian satu ayat
Munasabah antar bagian suatu ayat sering berbentuk pola munasabah perlawanan seperti yang terdapat dalam surat Al-Hadid ayat 4:
                                       
   
“ Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di atas ´arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”.
Diantara kata “ Yaliju” ( masuk ) dengan kata “Yakhruju” yang artinya keluar, serta kata “Yanzilu” ( turun ) dengan kata “ Ya’ruju” ( naik ) Terdapat korelasi perlawanan.
4. Munasabah antar ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surat.
Misalnya dalam surat Al-Mu’minun ayat 1:

     
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”,
Kemudian akhir surat ini ditemukan surat AL-Mu’minun ayat 117
...      
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung”.
Hubungan antara satu ayat dengan ayat lain dalam satu surat
     Misalnya kata muttaqin dalam surat Al-Baqarah ayat dua di jelaskan pada ayat   berikutnya. Mengenai ciri-ciri orang yang bertaqwa
6.Hubungan antara kalimat dengan kalimat lain dalam satu surat
    Misalnya dalam surat Al-Fatihah ayat satu segala puji bagi Allah, lalu sifata llah di    jelaskan pada kalimat berikutnya. Tuhan semesta alam.
7.Hubungan fashilah dengan dengan isi ayat
          Misalnya di dalam surat Al-Ahzab ayat 25 di sebutkan:
     
“dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan”.
Lalu di tutup dengan
  
“dan adalah Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa”.

8. Hubungan antara penutup surat dengan awal surat berikutnya.
Misalnya akhir surat Al-Waqi’ah ayat 96:
      
“ Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar”.
Lalu surat berikutnya berikutnya yakni surat al- Hadid ayat 1:
            
semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Pendapat Ulama Tentang Urutan Ayat Dan Surat Dalam Al- Qur’an
    Para ulama sepakat bahwa tertib (urutan) ayat-ayat dalam Al-Qur’an adalah tauqifiy artinya penetapan dari rasul. Sementara tertib (urutan) surat dalam Al-Qur’an masih terjadi perbedaan pendapat.
    Ada tiga pendapat yang berbeda mengenai tertib surat dalam Al-Qur’an, yaitu:
Taukify
Menurut jumhur ulama bahwa tertib surat sebagaimana dijumpai dalam mushaf sekarang ini adalah tauqfiy. Kelompok ini mengajukan alasan sebagai berikut:
Setiap tahun datang Jibril menemui Nabi dalam rangka mendengarkan   atau menyimak bacaan Al-Qur’an yang dilakukan oleh Nabi
Nabi sering mebaca Al-Qur’an dengan tertib surat seperti yang ada sekarang.
Ijtihady
Kelompok ini menyataka bahwa tertib surat dalam Al-Qur’an adalah ijtihady. Alasan mereka adalah. Tidak ada petunjuk langsung dari Rasululloh tentang tertib surat dalam Al-Qur’an.
 Sahabat pernah mendengar Rasululloh membaca Al-Qur’an berbeda dengan susunan sekarang,hal ini dibuktikan dengan munculnya empat buah mushaf dari kalangan sahabat yang berbeda susunannya antara satu dengan yang lainnya. Yaitu:mushaf Ali, mushaf ‘Ubay, mushaf ibn Mas’ud, dan mushaf ibn Abbas.
Mushaf yang ada pada catatan sahabat berbeda-beda, ini menunjukkan bahwa susunan surat tidak ada petunjuk resmi dari Nabi.
Tauqifiy dan Ijtihady
Pendapat ketiga ini mengatakan bahwa tertib sebagian surat dalam Al-Qur’an adalah tauqifi dan sebagian lain ijtihady. Alasannya: ternyata tidak semua nama-nama surat itu diberikan oleh Allah, tapi sebagiaanya diberikan oleh Nabi dan bahkan ada yang diberikan oleh sahabat.Adapun yang diberikan Allah misalnya surat Al-Baqarah, surat ali-Imran, dan lain-lain. Nama surat yang diberikan oleh Nabi misalnya  surat thaha dan yasin. Surat yang diberikan oleh sahabat adalah surat al-Bara’ah, yaitu surat yang tidak diawali dengan basmalah.
Seorang bertanya kepada usman mengapa surat al-Bara’ah  tidak memakai basmalah? Usman menjawab: saya lihat isinya sama dengan surat sebelummya(surat al-Anfal). Rasul tidak sempat menjelaskan dimana diletakkan surat tersebut sampai beliau wafat.  Akhirnya saya meletakkan sesudah surat al-Anfal.Ungkapan ini menunjukkan bahwa dari Rasul tidak ada petunjuk mengenai urutan-urutan surat dalam Al-Qur’an.

 URGENSI MEMPELAJARI MUNASABAH  AL-QUR’AN   
    Mempelajari munasabah Al-Qur’an mempunyai faedah dan kegunaan yang    banyak,antara lain sebagai berikut:
Untuk membantu dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an bila orang tidak menemukan sebab nuzulnya. Setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau suatu ayat dengan kalimat atau ayat yang lain, dimungkinkan seseorang akan mudah memahami hukum-hukum atau isi kandungannya.
Mengetahui munasabah atau hubungan antar bagian al-Qur’an, antara kalimat-kalimat atau ayat, maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lain, akan lebih memperdalam dan pengenalan terhadap kitab al-Quran, sehingga memperkuat keyakinan seseorang terhadap kewahyuan al-Qur’an dan kemukjizataanya.
Untuk memahami keutuhan, keindahan dan kehalusan bahasa,serta membantu seseorang  dalarm memahami keutuhan makna al-Qur’an itu sendiri.
Untuk menemukan korelasi atau hubungan antar ayat, sangat diperlukan kejernihan rohani dan rasio, agar orang terhindar dari kesalahan penafsiran.
     Urgensi dan kegunaan mempelajari munasabah al-Qur,an yang lain adalah:
Dapat membatah anggapan orang bahwa tema-tema al-Qur’an kehilangan relevansi    antara satu bagian dengan bagian yang lain.
Mengetahui persambungan atau hubungan antara bagian al-Qur’an baik antara kalimat-kalimat atau ayat-ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lain, sehingga lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab al-Qur’an dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatan.
Dapat diketahui mutu dan tingkat kebalagahan bahasa al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lainnya serta penyesuaian ayat dan surat yang satu dari yang lain.
Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an setelah diketahui hubungan   suatu kalimat atau ayat dengan kalimat atau ayat dengan ayat lain.



















KESIMPULAN
    Munasabah  adalah bentuk keterkaitan antara kalimat dan kalimat didalam suatu ayat atau keterkaitan antara ayat dengan ayat dalam jumlah ayat yang banyak atau keterkaitan antara surat dengan surat yang lain.
    Adapun macam-macam munasabah antara lain:    .
 Hubungan satu surat dengan surat sebelumnya
 Hubungan  antara nama surat dengan isi surat atau tujuan surat
Munasabah antar bagian satu ayat
Munasabah antar ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surat.
Antara satu ayat dengan ayat lain dalam satu surat
Hubungan antara kalimat dengan kalimat lain dalam satu surat
Hubungan fashilah dengan dengan isi ayat
Hubungan antara penutup surat dengan awal surat berikutnya






           






DAFTAR PUSTAKA


Anwar, Rosiban, Ulumul Qur’an, Bandung : CV Pustaka Setia, 2004
Anwar,Rosiban,  Samudra Al- Qur’an,Bandung: CV Pustaka Setia, 2001

Anwar,Abu,  ulumul Qur’an, Jakarta: Amzah,2002

Chalik, Chaerudjiabd, ’ulum alQur’an, Jakarta: Diabit Media, 2007

Zaini, Hasan, ulum Al-Qur’an, Batusangkar: STAIN Batusangkar Press, 2011

Zaini,Hasan,  dan Radiatul Hasnah, Ulumul Quran, Batusagkar:  STAIN Batusangkar Press, 2010













Tidak ada komentar:

Posting Komentar