Sabtu, 10 Oktober 2015

ILMU PENDIDIKAN ISLAM PEMBAHSAN PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM


PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

PENDAHULUAN

Peserta Didik merupakan komponen dalam sistem Pendidikan Islam. Peserta didik merupakan bahan mentah dalam proses transformasi sehingga disebut dengan pendidikan. Agar seorang pendidik berhasil dalam proses pendidikan maka ia harus memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya.

PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Pengertian Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Peserta didik merupakan komponen dalam sistem pendidikan islam. Peserta didik merupakan “ raw material” (bahan mentah) dalam proses transformasi sehingga disebut dengan pendidikan.  Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara psikis maupun secara fisik, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seorang peserta didik yang memerlukan bimbingan dari pendidik.
Menurut pasal 1 ayat 4 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Syamsul nizar mendeskripsikan enam kriteria peserta didik yaitu:

Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri
Peserta didik memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhan
Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu
Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

“Jadi peserta didik adalah setiap orang yang berusaha mengembangkan dirinya dalam jenjang pendidikan dan mempunyai beberapa kriteria diantaranya adalah mempunyaia potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan, memiliki daya fisik, daya nurani dan nafsu”.

Tugas dari seorang pendidik adalah memberikan bantuan, arahan dan bimbingan kepada peserta didik menuju kesempurnaan atau kedewasaannya sesuai dengan kedewasaannya. Dalam konteks ini seorang pendidik harus mengetahui ciri-ciri dari peserta didik tersebut yaitu:

kelemahan dan ketak berdayaannya
berkemauan keras untuk berkembang
ingin menjadi diri sendiri (memperoleh kemampuan).

“ Sebagai seorang pendidik kita harus mengetahui apa ciri-ciri yang dimiliki anak didik kita, agar kita tidak salah dalam mendidik anak didik.  ”

Didalam proses pendidikan seorang peserta didik disamping sebagai objek juga sebagai subjek. oleh karena itu agar seorang pendidik itu berhasil dalam proses pendidikan, maka ia harus memahami peserta didik dengan segala karakteriknya. Diantara aspek yang harus dipenuhi oleh pendidik  yaitu:
Kebutuhannya.
Dimensinya.
Intelegensinya.
Kepribadiannya.

“Jadi, untuk menjalankan tugasnya, pendidik harus memahami segala karakeristik peserta didiknya, agar peserta didik berhasil dalam proses pendidikan”.

Kebutuhan Dan Dimensi Peserta Didik

Al-qussy membagi pula kebutuhan manusia dalam dua kebutuhan pokok yaitu:
Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makanan, minum, dan lain- lain sebagainya.
Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan rohaniah

Kemudian banyak lagi terdapat kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pendidik yaitunya:
Kebutuhan fisik
Fisik peserta didik mengalami pertumbuhan fisik yang cepat terutama pada masa pubertas. Kebutuhan biologis, yaitu berupa makan, minum dan istirahat, dimana hal ini menuntut peserta didik untuk memenuhinya. Fisik seorang didik selalu mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.
Proses pertumbuhan fisik ini terbagi menjadi tiga tahapan :
peserta didik pada usia 0 – 7 tahun, pada masa ini peserta didik masih mengalami masa kanak-kanak
Peserta didik pada usia 7 – 14 tahun, pada usia ini biasanya peserta didik tengah mengalami masa sekolah yang didukung dengan peraihan pendidikan formal
Peserta didik pada 14 – 21 tahun, pada masa ini peserta didik mulai mengalami masa pubertas yang akan membawa kepada kedewasaan.

Pada masa perkembangan ini lah seorang pendidik perlu memperhatikan perubahan dan perkembangan seorang didik. Karena pada usia ini seorang peserta didik mengalami masa yang penuh dengan pengalaman (terutama pada masa pubertas) yang secara tidak langsung akan membentuk kepribadian peserta didik itu sendiri.
Disamping memberikan memperhatikan hal tersebut, seorang pendidik harus selalu memberikan bimbingan, arahan, serta dapat menuntun peserta didik kepada arah kedewasaan yang pada akhirnya mampu menciptakan peserta didik yang dapat mempertanggungjawabkan tentang ketentuan yang telah ia tentukan dalam perjalanan hidupnya dalam lingkungan masyarakat.

Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial yaitu kebutuhan yang berhubungan langsung dengan masyarakat agar peserta didik dapat berinteraksi dengan masyarakat, lingkungan, seperti diterima oleh teman- temannya secara wajar.

Kebutuhan untuk mendapatkan status
Peserta didik terutama pada masa remaja membutuhkan suatu yang menjadikan dirinya untuk berguna bagi masyarakat. Kebanggaan terhadap diri sendiri, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Kebutuhan mandiri
Peserta didik pada usia remaja ingin lepas dari batasan- batasan atau aturan orang tuanya dan mencoba untuk mengarahkan dan mendisiplinkan dirinya sendiri. Ia ingin bebas dari perlakuan orang tuanya yang terkadang terlalu berlebihan dan terkesan sering mencampuri urusan mereka yang menurut mereka bisa diatasi sendiri.

Kebutuhan untuk berprestasi
Kebutuhan untuk berprestasi erat kaitannya dengan kebutuhan mendapat status dan mandiri. Artinya dengan terpenuhinya kebutuhan untuk memiliki status atau penghargaandan kebutuhan untuk hidup mandiri dapat membuat peserta didik giat untuk mengejar prestasi.

Kebutuhan untuk disayangi dan dicintai
Rasa ingin disayangi dan dicintai merupakan kebutuhan yang esensial, karena dengan kebutuhan ini akan mempengaruhi sikap mental peserta didik.

Kebutuhan untuk curhat
Kebutuhan untuk curhat terutama remaja dimaksudkan suatu kebutuhan untuk dipahami ide- ide dan permasalan yang dihadapinya. Peserta didik mengharapkan apa yang dialami, dirasakan terutama dalam masa pubertas.

Kebutuhan untuk memiliki filsafat hidup
Peserta didik pada usia remaja mulai tertarik untuk mengetahui tentang kebenaran dan nilai- nilai ideal. Mereka mempunyai keiginan untuk mengenal apa tujuan hidup dan bagaimana kebahagiaan kebahagiaan itu diperoleh, karena itu mereka membutuhkan pengetahuan- pengetahuan yang jelas sebagai suatu filsafat hidup yang memuaskan yang sesuia dengan nilai- nilai kemanusiaan, sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan ini.

“Jadi, kebutuhan-kebutuhan peserta didik diatas harus diperhatikannoleh setiap pendidik, sehingga peserta didik atau siswa dapat tumbuh dan berkembang mencapai kematangan psikis dan fisik”.

Dimensi peserta didik

Pada hakekatnya dimensi adalah salah satu media yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk membentuk diri, sikap, mental, sosial, budaya, dan kepribadian di masa yang akan datang (kedewasaan).

Dimensi- dimensi peserta didik ada dua macam yaitunya:
Dimensi fisik ( jasmani )
Menurut Widodo Supriyono manusia merupakan makhluk yang berbeda dengan makhluk lainnya. Widodo Supriyono, dalam bukunya yang berjudul Filsafat manusia dalam Islam, secara garis besar membagi dimensi menjadi dua, yaitu dimensi fisik dan rohani. Dalam bukunya ia menyatakan bahwa secara rohani manusia mempunyai potensi kerohanian yang tak terhingga banyaknya. Potensi-potensi tersebut nampak dalam bentuk memahami sesuatu (Ulil Albab), dapat berfikir atau merenung, memepergunakan akal, dapat beriman, bertaqwa, mengingat, atau mengambil pelajaran, mendengar firman tuhan, dapat berilmu, berkesenian, dapat menguasai tekhnologi tepat guna dan terakhir manusia lahir keduania dengan membawa fitrah.

Dimensi akal
Al- ishfahami, membagi akal manusia kepada dua macam yaitunya:
Aql al- mathhu yaitu akal marepakan pancaran dari Allah sebagai fitrah illahi. Akal ini menduduki posisi yang sangat tinggi, namun demikian akal ini tidak akan berkembang dengan baik secara optimal, bila tidak dibarengi dengan kekuatan akal lainnya aql al- masmu’.
Aql al- masmu’ yaitu akal yang merupakan kemampuan yang menerima yang dapat dikembangkan oleh manusia. Akal ini bersifat aktif dan berkembang sebatas kemampuan yang dimilikinya lewat bantuan proses penginderaan, secara bebas.
Dimensi Keagamaan
Manusia adalah makhluk yang berkebutuhan atau disebut dengan homodivinus ( makhluk yang percaya adanya tuhan ).

Dimensi akhlak
Salah satu dimensi manusia yang sangat diutamakan dalam pendidikan islam adalah ahklak. Dalam islam akhlak sangat erat kaitannya dengan pendidikan agama sehingga dikatakan bahwa akhlak tidak dapat lepas dari pendidikan agama.
Akhlak menurut pengertian islam adalah salah satu hasil dari iman dan ibadat, karena iman dan ibadat manusia tidak sempurna kecuali kalau dari situ muncul akhlak yang mulia. Maka akhlak dalam islam bersumber pada iman dan taqwa dan mempunyai tujuan langsung yaitu keridhoan dari Allah SWT. Akhlak dalam islam memiliki tujuh ciri, yaitu :
Bersifat menyeluruh atau universal
Menghargai tabiat manusia yang terdiri dari berbagai dimensi
Bersifat sederhana atau tidak berlebih-lebihan
Realistis, sesuai dengan akal dan kemampuan manusia
Kemudahan, manusia tidak diberi beban yang melebihi kemampuannya
Mengikat kepercayaan dengan amal, perkataan, perbuatan, teori, dan praktek
Tetap dalam dasar-dasar dan prinsip-prisnsip akhlak umum.

Pendidikan akhlak mulai diberikan sejak manusia lahir kedunia, dengan tujuan untuk membentuk manusia yang bermoral baik, berkemauan keras, bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur, dan suci. Namun perlu disadari bahwasannya pendidikan akhlak akan dapat terbentuk dari adanya pengalaman pada diri peserta didik.

Dimensi rohani ( dimensi kejiwaan )
Dimensi kejiwaan merupakan suatu dimensi yang sangat penting yang memiliki pengaruh dalam mengendalikan keadaan manusia agar hidup sehat, tentram, dan bahagia. Penciptaan manusia mengalami kesempurnaan setelah allah meniup ruh ciptaannya.

Dimensi seni
Seni merupakan salah satu potensi rohani yang terdapat pada diri manusia. Sehingga senia dalam diri manusia harus lah dikembangkan. seni dalam diri manusia merupakan sarana untuk mencapai tujuan hidup. Namun tujuan utama seni pada diri manusia adalah untuk beribadah kepada Allah dan menajalankan fungsi kekhalifahannya serta mendapatkan kebahagiaan spiritual yang menjadi rahmat bagi sebagian alam dan keridhoan Allah SWT.
Dalam agama islam Allah telah menghadirkan dimensi seni ini didalam Al-Qur’an. Kitab suci Al-qur’an memiliki kandungan nilai seni yang sangat mulia nan indah. Hal ini karena A-lqur’an adalah ekspresi dari Allah SWT untuk memberikan kebijakan dan pengetahuan kepada seluruh semesta Alam. Sehingga kesastraan yang terdapat di dalam Al-Qur’an benar-benar menunjukkan kehadiran Illahi didalam mu’jizat yang bersifat universal ini. Allah SWT berfirman :
       
Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan (QS. An-nahl : 6)

Keindahan selalu berkaitan dengan adanya keimanan pada diri manusia. Semakin tinggi iman yang dimiliki oleh manusia maka dia akan makin dapat merasakan keindahan akan segala sesuatu yang di ciptakan oleh tuhannya.

Dimensi sosial
Dimensi sosial bagi manusia sangat erat kaitannya dengan sebuah golongan, kelompok, maupun lingkungan masyarakat. Lingkungan terkecil dalam dimensi sosial adalah keluarga, yang berperan sebagai sumber utama peserta didik untuk membentuk kedewasaan. Didalam islam dimensi sosial dimaksudkan agar manusia mengetahui bahwa tanggung jawab tidak hanya diperuntukkan pada perbuatan yang bersifat pribadi namun perbuatan yang bersifat umum.

“Jadi, peserta didik membutuhkan dimensi-dimensi atau media yang berguna untuk membentuk kepribadian, sikap, dan kedewasaannya. Diantaranya dimensi fisik, akal, keagamaan, akhlak, rohani, seni dan sosial”.

Sifat- Sifat Dan Kode Etik Peserta Didik

Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan islam, peserta didik  hendaknya memiliki dan menanamkan sifat- sifat yang baik dalam diri dan kepribadiannya.

Imam Algazali sebagaimana dikutip fatahiya hasan sulaiman merumuskan sifat- sifat yang patut dan harus dimiliki peserta didik yaitu:
Belajar dengan niat ibadah dalam rangka  taqarrub ila Allah.
Mengurangi kecendrungan pada kehidupan duniawi dibanding ukhrawi atau sebaliknya.
Bersikap tawadduk ( rendah hati)
Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu hukum maupun agama.
Belajar secara bertahap dengan memulai pelajaran yang mudah (konkrit) menuju pelajaran yang sulit( abstrak )
Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya.
Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat, memhagiakan, mensejahterakan, serta memberi keselamatan hidup dunia dan akhirat, baik untuk dirinya maupun manusia pada umumnya.

Kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilakukan dalam proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Al gazali merumuskan pokok kode etik peserta didik yaitu:

Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT.
Mengurangi kecendrungan pada duniawi dibandingkan masalah ukhrawi.
Bersifat tawadu’ dengan cara menanggalkan kepentingan pribadi untuk kepentingan pendidiknya.
Peserta didik harus tunduk pada nasehat pendidik.
Mengenal ilmu pragmatis yaitu ilmu yang bermanfaat
Mengenal nilai- nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
Belajar ilmu sampai tuntas kemudian beralih pada ilmu yang lainnya.

Agar peserta didik mendapatkan keridhoan dari Allah SWT dalam menuntut ilmu, maka peserta didik harus mampu memahami etika yang harus dimilikinya, yaitu:
Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu.
Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi roh dengan berbagai sifat keutamaan.
Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai tempat.
Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya.
Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah.

Namun etika peserta didik tersebut perlu disempurnakan dengan empat akhlak peserta didik dalam menuntut ilmu, yaitu :
Peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia menuntut ilmu, sebab belajar merupakan ibadah yang harus dikerjakan dengan hati yang bersih.
Peserta didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi jiwa dengan sifat keimanan, mendekatkan diri kepada Allah.
Seorang peserta didik harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan sabar dalam menghadapi tantangan dan cobaan yang datang.
Seorang harus ikhlas dalam menuntut ilmu dengan menghormati guru atau pendidik, berusaha memperoleh kerelaan dari guru dengan mempergunakan beberapa cara yang baik.

“Jadi, peserta didik harus menjalankan kode etik dan etika peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung, supaya dia dapat belajar dengan baik dan mendapatkan keridhaan dari Allah SWT”.

PENUTUP

Kesimpulan

Peserta didik merupakan komponen dalam sistem pendidikan islam. Peserta didik merupakan bahan mentah dalam proses transformasi sehingga disebut dengan pendidikan.  Peserta didik secara formal adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara psikis maupun secara fisik, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seorang peserta didik yang memerlukan bimbingan dari pendidik.
Al-qussy membagi pula kebutuhan manusia dalam dua kebutuhan pokok yaitu:
Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makanan, minum, dan lain- lain sebagainya.
Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan rohaniah
Pada hakekatnya dimensi adalah salah satu media yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk membentuk diri, sikap, mental, sosial, budaya, dan kepribadian di masa yang akan datang (kedewasaan).
Kode etik peserta didik merupakan kewajiban yang harus dilakukan dalam proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Saran

Dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai pemakalah meminta kritik dan saran kepada pembaca demi kesempurnaan penulisan makalah untuk kedepannya.
   








DAFTAR KEPUSTAKAAN


Abd. Mujid dalam Ramayulis 2004, Psikologi Agama, Jakarta:  Kalam Mulia.
Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati 2006, Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta,
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati,2006 Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta,
Ramayulis, 2006, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:Kalam  Mulia
Widodo Supriono 1996, Filsafat Manusia dalam Islam, Reformasi Filsafat Pendidikan Islam,Yogyakarta: Pustaka Belajar,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar