Jumat, 09 Oktober 2015

HADIS 1 PEMBAHSAN MOTIVASI BERAMAL

BAB I
PENDAHULUAN
ALASAN PENULISAN MAKALAH
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang mana atas limpahan Rahmat dan Nikmat Allah SWT, kami dari kelompok IX telah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat dan salam tidak lupa pula buat Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke zaman yang berpendidikan seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini, terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah Hadist 1 yaitu Ibuk Salmah,M.Ag dan Ibuk Azharia Fatia,MA.
Makalah yang berjudul “kandungan hadis-hadis tentang ikhlas beramal” ini penulis ajukan kepada Ibuk Salmah,M.Ag dan Ibuk Azharia Fatia,MA. yang mana beliau dilokal PAI. A semester III beliau mengajar mata kuliah Hadist 1. Makalah ini bermanfaat untuk bahan persentasi bagi kelompok IX dan juga sebagai bahan untuk melengkapi nilai anggota kelompok IX di mata kuliah yang bersangkutan pada semester III Tahun ajaran 2012/2013.
Semoga penulisan makalah kami ini bisa mendekati kesempurnaan, dan sesuai dengan kaidah penulisan makalah yang sebenarnya, meskipun belum seutuhnya sesuai dengan kaidah penulisan makalah yang sesungguhnya. Dan kami selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosen pendamping dan kawan-kawan semuanya, untuk kebaikan makalah penulis dimasa yang akan datang, karena penulis menyadari bahwasannya tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan penulis yang membuat makalah ini.
Didalam penulisan makalah ini penulis menggunakan berbagai macam buku sumber atau referensi buku, itu semua karena keterbatasan ilmu dari penulis dan juga karena keterbatasan isi dari referensi buku sumber yang penulis gunakan sebagai bahan sumber untuk penulisan makalah ini.  Mengenai buku sumber yang penulis gunakan, penulis mencantumkan identitas buku yang menjadi sumber makalah dicatatan kaki atau di daftar pustaka.
RUANG LINGKUP PEMBAHASAN MAKALAH
Makalah ini kami susun dari kelompok IX yang berjudulkan kandungan hadis-hadis tentang ikhlas beramal” membahas tentang beberapa hal sebagai berikut:
Kandungan hadis tentang motivasi beramal
Kandungan hadis tentang ikhlas beramal
Kandungan hadis tentang menjauhi perbuatan riya
    Itulah ketiga  aspek yang akan di persentasikan oleh kelompok IX  pada diskusi ini. Yang mana ketiga hal tersebut sudah tidak asing lagi bagi kita, karena kata-kata tersebut sudah sering terdengar oleh telinga kita.
    Ketiga hal tersebut penulis akan mencoba menjelaskan secara terperinci di dalam persentasi kelompok IX pada perkuliahan kesempatan kali ini. Semoga semua materi yang disajikan oleh kelompok IX pada kesempatan kali ini dapat dipahami oleh dosen pendamping, semua teman-teman diskusi yang ada dilokal PAI. A dan semoga bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari terutama bagi penulis sendiri. Amin.........

























BAB II
PEMBAHASAN
KANDUNGAN HADITS TENTANG MOTIVASI BERAMAL

Motivasi Beramal
Lafaz Hadits
عن امير المؤمنين ابي حفص عمر بن الخطاب بن نفيل بن عبد العزى بن رياح بن عبد الله بن قرط بن رزاح بن عدي بن كعب بن لؤي بن غالب القريشي العدوي رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول:  
 انما الا عمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوى, فمن كانت هجرته الى الله ورسوله فهجرته الى الله ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها اوامرءة ينكحها فهجرته الى ماهاجر اليه ( متفق عليه على صحته)

Terjemahan Hadits
“Dari Amiril Mu’minin Abi Hafs ‘Umar bin Khattab r.a. bin Nufail bin Abdul ‘Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Rajah, bin ‘Ady bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib keturunan Qurays al-‘Adawy r.a dia berkata, bahwa ia mendengar Rasulullah SAW., bersabda: Sesungguhnya sah atau tidaknya suatu amal tergantung pada niatnya, dan yang dianggap amal bagi tiap orang apa yang ia niatkan. Maka barang siapa berhijrah (berpindah dari daerah kafir ke islam) semata-mata karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu diterima oleh Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikejarnya, atau karena perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya berhenti pada apa yang ia niatkan itu.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Asbabul Wurud
Asbabul wurud hadis ini adalah ketika Rasulullah SAW menjawab pertanyaan salah seorang sahabat berkenaan dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah, yang diikuti oleh sebagian besar sahabat. Dalam hijrah itu ada salah seorang laki-laki yang turut juga hijrah. Akan tetapi,, niatnya bukan untuk kepentingan perjuangan islam, melainkan hendak menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Wanita itu rupanya sudah bertekad akan turut hijrah, sedangkan laki-laki tersebut pada mulanya memilih tinggal di Makkah. Ummu Qais hanya bersedia dinikahi ditempat tujuan hijrahnya Rasulullah SAW, yakni di Madinah, sehingga laki-laki itu pun hijrah kemadinah.
Ketika peristiwa tersebut ditanyakan kepada Rasulullah SAW, apakah hijrah dengan niat seperti itu diterima atau tidak. Maka rasulullah menjawab seperti hadis diatas.

Syarah Hadis
Hadis diatas merupakan hadis shahih yang telah disepakati keshahihannya, ketinggian derajatnya, dan didalamnya mengandung banyak manfaat. Imam Abu Abdullah al-Bukhari telah meriwayatkan pada beberapa bab pada kitab shahihnya. Juga Imam Abdul Husain Muslim bin al-Hajjaj telah meriwayatkan hadis ini pada akhir bab jihad.
Orang yang berhijrah dengan niat ingin mendapatkan keuntungan dunia atau ingin mengawini seorang wanita, ia tidak akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sebaliknya, kalau hijrah karena ingin mendapat ridha Allah SWT. Maka ia akan mendapatkannya, bahkan keuntungan dunia pun akan diraihnya.
Para ulama sepakat bahwa niat sangat penting dalam menentukan sahnya ibadah. Niat termasuk rukun pertama dalam setiap melakukan ibadah. Tidaklah sah suatu ibadah bila dilakukan tanpa niat atau dengan niat yang salah. Belum tentu diterima amal seseorang kalau motivasinya bukan karena Allah SWT, tetapi karena manusia, misalnya hanya karena ingin dipuji orang lain, ia rajin beribadah. Motivasi dalam beribadah itu harus betul-betul ikhlas dan semata-mata dilakukan hanya karena ingin mendapatkan Ridha Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam (Qs. Al-bayyinah: 5) sebagai berikut:

                 
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.
       
Niat itu terdapat di dalam hati, siapapun tidak akan mengetahui niat seseorang kecuali dirinya sendiri dan Allah SWT. Dengan demikian Allah mengetahui siapa diantara hambanya yang memiliki niat yang baik ketika beribadah. Orang yang tidak ikhlas dalam melakukan perintah Allah, misalnya hanya untuk mendapatkan keuntungan dunia semata, Allah akan memberikan balasannya didunia, tetapi tidak akan memberikan balasan apa-apa di Akhirat kelak, sebagaimana firman Allah dalam Qs. Hud: 15-16 yang berbunyi:
                                
Artinya:“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan Sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan.”

Jadi, tidaklah heran seseorang yang ketika hidup didunia sudah melakukan amal kebaikan, namun diakhirat tidak menemukan apa-apa karena perbuatan tersebut tidaklah secara ikhlas sehingga amalannya bagaikan debu yang bertebaran. Bagaimanapun Allah SWT, mengetahui segala sesuatu yang ada dalam hati seseorang, dan tidak akan menerima begitu saja amal setiap orang sebelum melihat niat sebenarnya.
Ikhlas Dalam Beramal
Lafazh hadits
عن ابى هريرة رضي الله عنه قل: قل رسول الله صلى الله عليه وسلم: ان الله لاينظر الى اجسا مكم ولا الى صوركم ولكن ينظر الى قلو بكم.  (رواه مسلم)
Terjemahan Hadits
“Dari Abu Hurairah r.a ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah SWT, tidak melihat bentuk badan dan rupamu, tetapi melihat (memperhatikan niat dan keikhlasan dalam hatimu)” (H.R Muslim)

Syarah Hadits
Adapun yang dimaksud ikhlas menurut Sayid Sabiq dalam buku islamuna sebagai beriku:
“ikhlas adalah sikap manusia untuk menyengaja dengan perkataan, perbuatan, dan jihadnya, karena Allah semata dan karena mengharapkan keridhoan-Nya, bukan karena mengharapkan harta, pujian (sebutan), kemasyhuran, dan kemajuan. Amalnya terangkat dari kekurangan-kekurangan dan dari akhlak yang tercela sehingga dia menemukan kesukaan Allah”
Niat atau motivasi itu bertempat didalam hati, siapapun tidak akan mengetahui motivasi yang terdapat dalam hati seseorang ketika seseorang mengerjakan sesuatu, kecuali dirinya sendiri dan Allah SWT. Dengan demikian, Allah SWT mengetahui siapa diantara hambanya yang memiliki motivasi ketika ia beribadah atau sebaliknya.
Gambaran orang beramal dengan niat ikhlas atau sebaliknya, digambarkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 265-266:
                                                                     
Artinya:
 dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.
Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang Dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya

Menjauhi Perbuatan Riya (syirik kecil)
Lafazh Hadits
عن محمود ابن لبيد قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ان اخوف ما اخاف عليكم الشرك الاصغر: الرياء (اخرجه احمد باسناد حسن)
Terjemahan hadits
“dari mahmud bin lubaid ia berkata, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda: sesuatu yang paling aku khawatirkan diantara kamu adalah syirik kecil, yaitu riya”. (H.R. Ahmad dengan Sanad Hasan)


Asbabul Wurud
Sepanjang penelusuran pemakalah tidak menemukan asbabul wurud hadis.

Syarah Hadis
Sabda Nabi (ar-Riya) riya’ adalah melakukan keta’atan dan menjauhi maksiat karena perhatian manusia kepadanya, bukan karena Allah, atau ia menceritakan atau ia ingin orang lain mengetahuinya, untuk tujuan duniawi seperti harta dan sejenisnya.
    Dalam istilah lain seseorang melaksanakan ibadah bukan dengan niat menjalankan kewajiban dan menunaikan perintah Allah SWT, melainkan dengan tujuan ingin dilihat orang, baik untuk kemasyhuran, mendapat pujian atau harapan-harapan lainnya dari selain Allah.
    Orang yang beramal dengan riya tidak akan mendapat pahala dari Allah SWT. Karena dalam ibadahnya tidak lagi murni karena Allah melainkan karena makhluk-Nya. Tidak heran kalau riya sebagaimana bunyi hadis di atas dikategorikan syirik kecil.
    Dengan kata lain, hakikat amal mereka adalah penipuan belaka. Mereka melakukan ibadah bukan karena perintah Allah dan bukan untuk mendapatlkan Ridhanya Allah SWT melainkan untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan itulah diantara perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang munafik.
    Sebagaimana firman Allah dalam Qs. An-Nisa’: 142
                   
Artinya:  Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”
Menurut Sayyidina Ali r.a tanda-tanda orang riya itu ada 3 macam, yakni:
Malas beramal kalau sendirian
Semangat beramal kalau dilihat banyak orang
Ia merasa amalnya bertambah banyak kalau dipuji manusia dan akan berkurang kalau dicela menusia.

Imam Al-Ghazali, dalam kitab Ihya Ulum ad-din, membagi riya menjadi beberapa tingkat yaitu:
Tingkat paling berat, yaitu orang yang tujuan serta ibadahnya hanyalah untuk riya semata dan tidak mengharapkan ridho Allah SWT . Misalnya, seseorang yang sholat kalau dihadapan orang banyak, sedangkan apabila sendirian dia tidak melakukannya, bahkan sholat tanpa berwudhu terlebih dahulu.
Orang yang mengharapkan pahala, tetapi harapannya sangat lemah karena dikalahkan oleh riya. Dia beramal ketika dilihat orang, sedangkan apabila sendirian amalnya sangat sedikit.
Niat memperoleh pahala dan riya seimbang. Kalau dalam suatu ibadah hanya terdapat salah satunya saja, misalnya mendapat pahala, tetapi ia tidak biasa riya, ia tidak melakukan ibadah. Demikian pula sebaliknya, hal itu berarti merusak perbuatan baik, yakni bercampurnya pahala dan dosa.
Riya hanya pendorong untuk melakukan ibadah, sehingga jika tidak dilihat orang pun ia tetap melakukan ibadah, hanya saja lebih semangat kalau dilihat orang.








     BAB III
   PENUTUP

Kesimpulan
Niat termasuk rukun pertama dalam setiap melakukan ibadah. Tidaklah sah suatu ibadah bila dilakukan tanpa niat atau dengan niat yang salah. Belum tentu diterima amal seseorang kalau motivasinya bukan karena Allah SWT, tetapi karena manusia, misalnya hanya karena ingin dipuji orang lain, ia rajin beribadah. Motivasi dalam beribadah itu harus betul-betul ikhlas dan semata-mata dilakukan hanya karena ingin mendapatkan Ridha Allah SWT.
seseorang tidak ada artinya punya bentuk tubuh dan paras yang cantik atau bagus, apabila tidak diimbangi dengan keindahan sikap, tingkah laku dan perbuatan (Akhlakul Karimah), serta ibadah yang tumbuh dari niat serta tujuan yang tulus dan ikhlas. Sebab jika tidak demikian seluruh kegiatan dalam hidupnya menjadi sia-sia di hadapan Allah SWT yang menciptakan keindahan tubuh dan parasnya.
riya’ adalah melakukan keta’atan dan menjauhi maksiat karena perhatian manusia kepadanya, bukan karena Allah, atau ia menceritakan atau ia ingin orang lain mengetahuinya, untuk tujuan duniawi seperti harta dan sejenisnya.
Orang yang beramal dengan riya tidak akan mendapat pahala dari Allah SWT. Karena dalam ibadahnya tidak lagi murni karena Allah melainkan karena makhluk-Nya. Tidak heran kalau riya sebagaimana bunyi hadis di atas dikategorikan syirik kecil.

Saran
Kami pemakalah menyadari akan kekurangan yang kami miliki, karena keterbatasan informasi dan pengetahuan juga pemahaman yang kurang luas. Karena itulah kritik dan saran dari pembaca terutama dari dosen pembimbing sangatlah berarti untuk pembuatan makalah kedepannya dan untuk keberhasilan kami kelak.


                  DAFTAR PUSTAKA

        Al-Qur’anul Karim
    Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi AD Damsyiqi, 2005, Asbabul Wurud 1, Jakarta: Kalam Mulia
        Sohari MM, dkk ,2006, Hadis Tematik, Jakarta: Diadit Media
Syafi’i, Rahmat, 2003, Al-Hadits, Bandung: Pustaka Setia

   









BAB I
PENDAHULUAN
ALASAN PENULISAN MAKALAH
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang mana atas limpahan Rahmat dan Nikmat Allah SWT, kami dari kelompok IX telah dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat dan salam tidak lupa pula buat Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya ke zaman yang berpendidikan seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini, terutama kepada dosen pembimbing mata kuliah Hadist 1 yaitu Ibuk Salmah,M.Ag dan Ibuk Azharia Fatia,MA.
Makalah yang berjudul “kandungan hadis-hadis tentang ikhlas beramal” ini penulis ajukan kepada Ibuk Salmah,M.Ag dan Ibuk Azharia Fatia,MA. yang mana beliau dilokal PAI. A semester III beliau mengajar mata kuliah Hadist 1. Makalah ini bermanfaat untuk bahan persentasi bagi kelompok IX dan juga sebagai bahan untuk melengkapi nilai anggota kelompok IX di mata kuliah yang bersangkutan pada semester III Tahun ajaran 2012/2013.
Semoga penulisan makalah kami ini bisa mendekati kesempurnaan, dan sesuai dengan kaidah penulisan makalah yang sebenarnya, meskipun belum seutuhnya sesuai dengan kaidah penulisan makalah yang sesungguhnya. Dan kami selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari dosen pendamping dan kawan-kawan semuanya, untuk kebaikan makalah penulis dimasa yang akan datang, karena penulis menyadari bahwasannya tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan penulis yang membuat makalah ini.
Didalam penulisan makalah ini penulis menggunakan berbagai macam buku sumber atau referensi buku, itu semua karena keterbatasan ilmu dari penulis dan juga karena keterbatasan isi dari referensi buku sumber yang penulis gunakan sebagai bahan sumber untuk penulisan makalah ini.  Mengenai buku sumber yang penulis gunakan, penulis mencantumkan identitas buku yang menjadi sumber makalah dicatatan kaki atau di daftar pustaka.
RUANG LINGKUP PEMBAHASAN MAKALAH
Makalah ini kami susun dari kelompok IX yang berjudulkan kandungan hadis-hadis tentang ikhlas beramal” membahas tentang beberapa hal sebagai berikut:
Kandungan hadis tentang motivasi beramal
Kandungan hadis tentang ikhlas beramal
Kandungan hadis tentang menjauhi perbuatan riya
    Itulah ketiga  aspek yang akan di persentasikan oleh kelompok IX  pada diskusi ini. Yang mana ketiga hal tersebut sudah tidak asing lagi bagi kita, karena kata-kata tersebut sudah sering terdengar oleh telinga kita.
    Ketiga hal tersebut penulis akan mencoba menjelaskan secara terperinci di dalam persentasi kelompok IX pada perkuliahan kesempatan kali ini. Semoga semua materi yang disajikan oleh kelompok IX pada kesempatan kali ini dapat dipahami oleh dosen pendamping, semua teman-teman diskusi yang ada dilokal PAI. A dan semoga bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari terutama bagi penulis sendiri. Amin.........

























BAB II
PEMBAHASAN
KANDUNGAN HADITS TENTANG MOTIVASI BERAMAL

Motivasi Beramal
Lafaz Hadits
عن امير المؤمنين ابي حفص عمر بن الخطاب بن نفيل بن عبد العزى بن رياح بن عبد الله بن قرط بن رزاح بن عدي بن كعب بن لؤي بن غالب القريشي العدوي رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول:  
 انما الا عمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوى, فمن كانت هجرته الى الله ورسوله فهجرته الى الله ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها اوامرءة ينكحها فهجرته الى ماهاجر اليه ( متفق عليه على صحته)

Terjemahan Hadits
“Dari Amiril Mu’minin Abi Hafs ‘Umar bin Khattab r.a. bin Nufail bin Abdul ‘Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Rajah, bin ‘Ady bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib keturunan Qurays al-‘Adawy r.a dia berkata, bahwa ia mendengar Rasulullah SAW., bersabda: Sesungguhnya sah atau tidaknya suatu amal tergantung pada niatnya, dan yang dianggap amal bagi tiap orang apa yang ia niatkan. Maka barang siapa berhijrah (berpindah dari daerah kafir ke islam) semata-mata karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu diterima oleh Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikejarnya, atau karena perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya berhenti pada apa yang ia niatkan itu.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Asbabul Wurud
Asbabul wurud hadis ini adalah ketika Rasulullah SAW menjawab pertanyaan salah seorang sahabat berkenaan dengan peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah, yang diikuti oleh sebagian besar sahabat. Dalam hijrah itu ada salah seorang laki-laki yang turut juga hijrah. Akan tetapi,, niatnya bukan untuk kepentingan perjuangan islam, melainkan hendak menikahi seorang wanita yang bernama Ummu Qais. Wanita itu rupanya sudah bertekad akan turut hijrah, sedangkan laki-laki tersebut pada mulanya memilih tinggal di Makkah. Ummu Qais hanya bersedia dinikahi ditempat tujuan hijrahnya Rasulullah SAW, yakni di Madinah, sehingga laki-laki itu pun hijrah kemadinah.
Ketika peristiwa tersebut ditanyakan kepada Rasulullah SAW, apakah hijrah dengan niat seperti itu diterima atau tidak. Maka rasulullah menjawab seperti hadis diatas.

Syarah Hadis
Hadis diatas merupakan hadis shahih yang telah disepakati keshahihannya, ketinggian derajatnya, dan didalamnya mengandung banyak manfaat. Imam Abu Abdullah al-Bukhari telah meriwayatkan pada beberapa bab pada kitab shahihnya. Juga Imam Abdul Husain Muslim bin al-Hajjaj telah meriwayatkan hadis ini pada akhir bab jihad.
Orang yang berhijrah dengan niat ingin mendapatkan keuntungan dunia atau ingin mengawini seorang wanita, ia tidak akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Sebaliknya, kalau hijrah karena ingin mendapat ridha Allah SWT. Maka ia akan mendapatkannya, bahkan keuntungan dunia pun akan diraihnya.
Para ulama sepakat bahwa niat sangat penting dalam menentukan sahnya ibadah. Niat termasuk rukun pertama dalam setiap melakukan ibadah. Tidaklah sah suatu ibadah bila dilakukan tanpa niat atau dengan niat yang salah. Belum tentu diterima amal seseorang kalau motivasinya bukan karena Allah SWT, tetapi karena manusia, misalnya hanya karena ingin dipuji orang lain, ia rajin beribadah. Motivasi dalam beribadah itu harus betul-betul ikhlas dan semata-mata dilakukan hanya karena ingin mendapatkan Ridha Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam (Qs. Al-bayyinah: 5) sebagai berikut:

                 
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.
       
Niat itu terdapat di dalam hati, siapapun tidak akan mengetahui niat seseorang kecuali dirinya sendiri dan Allah SWT. Dengan demikian Allah mengetahui siapa diantara hambanya yang memiliki niat yang baik ketika beribadah. Orang yang tidak ikhlas dalam melakukan perintah Allah, misalnya hanya untuk mendapatkan keuntungan dunia semata, Allah akan memberikan balasannya didunia, tetapi tidak akan memberikan balasan apa-apa di Akhirat kelak, sebagaimana firman Allah dalam Qs. Hud: 15-16 yang berbunyi:
                                
Artinya:“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan Sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang Telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang Telah mereka kerjakan.”

Jadi, tidaklah heran seseorang yang ketika hidup didunia sudah melakukan amal kebaikan, namun diakhirat tidak menemukan apa-apa karena perbuatan tersebut tidaklah secara ikhlas sehingga amalannya bagaikan debu yang bertebaran. Bagaimanapun Allah SWT, mengetahui segala sesuatu yang ada dalam hati seseorang, dan tidak akan menerima begitu saja amal setiap orang sebelum melihat niat sebenarnya.
Ikhlas Dalam Beramal
Lafazh hadits
عن ابى هريرة رضي الله عنه قل: قل رسول الله صلى الله عليه وسلم: ان الله لاينظر الى اجسا مكم ولا الى صوركم ولكن ينظر الى قلو بكم.  (رواه مسلم)
Terjemahan Hadits
“Dari Abu Hurairah r.a ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: sesungguhnya Allah SWT, tidak melihat bentuk badan dan rupamu, tetapi melihat (memperhatikan niat dan keikhlasan dalam hatimu)” (H.R Muslim)

Syarah Hadits
Adapun yang dimaksud ikhlas menurut Sayid Sabiq dalam buku islamuna sebagai beriku:
“ikhlas adalah sikap manusia untuk menyengaja dengan perkataan, perbuatan, dan jihadnya, karena Allah semata dan karena mengharapkan keridhoan-Nya, bukan karena mengharapkan harta, pujian (sebutan), kemasyhuran, dan kemajuan. Amalnya terangkat dari kekurangan-kekurangan dan dari akhlak yang tercela sehingga dia menemukan kesukaan Allah”
Niat atau motivasi itu bertempat didalam hati, siapapun tidak akan mengetahui motivasi yang terdapat dalam hati seseorang ketika seseorang mengerjakan sesuatu, kecuali dirinya sendiri dan Allah SWT. Dengan demikian, Allah SWT mengetahui siapa diantara hambanya yang memiliki motivasi ketika ia beribadah atau sebaliknya.
Gambaran orang beramal dengan niat ikhlas atau sebaliknya, digambarkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 265-266:
                                                                     
Artinya:
 dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.
Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; Dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang Dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya

Menjauhi Perbuatan Riya (syirik kecil)
Lafazh Hadits
عن محمود ابن لبيد قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ان اخوف ما اخاف عليكم الشرك الاصغر: الرياء (اخرجه احمد باسناد حسن)
Terjemahan hadits
“dari mahmud bin lubaid ia berkata, bahwa Rasulullah SAW. Bersabda: sesuatu yang paling aku khawatirkan diantara kamu adalah syirik kecil, yaitu riya”. (H.R. Ahmad dengan Sanad Hasan)


Asbabul Wurud
Sepanjang penelusuran pemakalah tidak menemukan asbabul wurud hadis.

Syarah Hadis
Sabda Nabi (ar-Riya) riya’ adalah melakukan keta’atan dan menjauhi maksiat karena perhatian manusia kepadanya, bukan karena Allah, atau ia menceritakan atau ia ingin orang lain mengetahuinya, untuk tujuan duniawi seperti harta dan sejenisnya.
    Dalam istilah lain seseorang melaksanakan ibadah bukan dengan niat menjalankan kewajiban dan menunaikan perintah Allah SWT, melainkan dengan tujuan ingin dilihat orang, baik untuk kemasyhuran, mendapat pujian atau harapan-harapan lainnya dari selain Allah.
    Orang yang beramal dengan riya tidak akan mendapat pahala dari Allah SWT. Karena dalam ibadahnya tidak lagi murni karena Allah melainkan karena makhluk-Nya. Tidak heran kalau riya sebagaimana bunyi hadis di atas dikategorikan syirik kecil.
    Dengan kata lain, hakikat amal mereka adalah penipuan belaka. Mereka melakukan ibadah bukan karena perintah Allah dan bukan untuk mendapatlkan Ridhanya Allah SWT melainkan untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan itulah diantara perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang munafik.
    Sebagaimana firman Allah dalam Qs. An-Nisa’: 142
                   
Artinya:  Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”
Menurut Sayyidina Ali r.a tanda-tanda orang riya itu ada 3 macam, yakni:
Malas beramal kalau sendirian
Semangat beramal kalau dilihat banyak orang
Ia merasa amalnya bertambah banyak kalau dipuji manusia dan akan berkurang kalau dicela menusia.

Imam Al-Ghazali, dalam kitab Ihya Ulum ad-din, membagi riya menjadi beberapa tingkat yaitu:
Tingkat paling berat, yaitu orang yang tujuan serta ibadahnya hanyalah untuk riya semata dan tidak mengharapkan ridho Allah SWT . Misalnya, seseorang yang sholat kalau dihadapan orang banyak, sedangkan apabila sendirian dia tidak melakukannya, bahkan sholat tanpa berwudhu terlebih dahulu.
Orang yang mengharapkan pahala, tetapi harapannya sangat lemah karena dikalahkan oleh riya. Dia beramal ketika dilihat orang, sedangkan apabila sendirian amalnya sangat sedikit.
Niat memperoleh pahala dan riya seimbang. Kalau dalam suatu ibadah hanya terdapat salah satunya saja, misalnya mendapat pahala, tetapi ia tidak biasa riya, ia tidak melakukan ibadah. Demikian pula sebaliknya, hal itu berarti merusak perbuatan baik, yakni bercampurnya pahala dan dosa.
Riya hanya pendorong untuk melakukan ibadah, sehingga jika tidak dilihat orang pun ia tetap melakukan ibadah, hanya saja lebih semangat kalau dilihat orang.








     BAB III
   PENUTUP

Kesimpulan
Niat termasuk rukun pertama dalam setiap melakukan ibadah. Tidaklah sah suatu ibadah bila dilakukan tanpa niat atau dengan niat yang salah. Belum tentu diterima amal seseorang kalau motivasinya bukan karena Allah SWT, tetapi karena manusia, misalnya hanya karena ingin dipuji orang lain, ia rajin beribadah. Motivasi dalam beribadah itu harus betul-betul ikhlas dan semata-mata dilakukan hanya karena ingin mendapatkan Ridha Allah SWT.
seseorang tidak ada artinya punya bentuk tubuh dan paras yang cantik atau bagus, apabila tidak diimbangi dengan keindahan sikap, tingkah laku dan perbuatan (Akhlakul Karimah), serta ibadah yang tumbuh dari niat serta tujuan yang tulus dan ikhlas. Sebab jika tidak demikian seluruh kegiatan dalam hidupnya menjadi sia-sia di hadapan Allah SWT yang menciptakan keindahan tubuh dan parasnya.
riya’ adalah melakukan keta’atan dan menjauhi maksiat karena perhatian manusia kepadanya, bukan karena Allah, atau ia menceritakan atau ia ingin orang lain mengetahuinya, untuk tujuan duniawi seperti harta dan sejenisnya.
Orang yang beramal dengan riya tidak akan mendapat pahala dari Allah SWT. Karena dalam ibadahnya tidak lagi murni karena Allah melainkan karena makhluk-Nya. Tidak heran kalau riya sebagaimana bunyi hadis di atas dikategorikan syirik kecil.

Saran
Kami pemakalah menyadari akan kekurangan yang kami miliki, karena keterbatasan informasi dan pengetahuan juga pemahaman yang kurang luas. Karena itulah kritik dan saran dari pembaca terutama dari dosen pembimbing sangatlah berarti untuk pembuatan makalah kedepannya dan untuk keberhasilan kami kelak.


                  DAFTAR PUSTAKA

        Al-Qur’anul Karim
    Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi AD Damsyiqi, 2005, Asbabul Wurud 1, Jakarta: Kalam Mulia
        Sohari MM, dkk ,2006, Hadis Tematik, Jakarta: Diadit Media
Syafi’i, Rahmat, 2003, Al-Hadits, Bandung: Pustaka Setia

   







































Tidak ada komentar:

Posting Komentar