Jumat, 09 Oktober 2015

HADIS 2 PEMBAHASAN KEPEMIMPINAN

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.
Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik.
Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.




بسم الله الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji dan syukur yang sebesar-besarnya kehadiran Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayah, dan petunjuk-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Judul makalah ini “ Hadist Tentang Kepemimpina”. Berkat bantuan dari berbagai pihak  berupa saran, bimbingan, dukungan baik moril maupun materil akhirnya makalah ini dapat diselesaikan, untuk itu izinkanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dari pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan pihak yang telah membantu, semoga mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT, amin yaa rabbal alamin.




Batusangkar,26 desember  2012





BAB II
PEMBAHASAN

Setiap mukimim adalah pemimpin

حد ثنا ا سما عيل حد ثني ما لك عن عبد ا لله بن د ينا را عن عبد الله بن عمر ر ضى الله عنهما أ ن ر سو ل الله صل الله عليه و سلم قل :أ لأ كلكم راع و كلكم مسو ل عن رعيته فا لإ مام ا لأ عظم الذ ى على النا س راع وهو مسؤ ل عن ر عيته , والر جل راع على اهل بينة وهو مسؤ ل عن ر عيته, وا لمر اة راعية على أ هل بيت زو جها وو لد ه وهي مسؤ لة عنهم , وعبد الر جل را ع على مال سد ه وهو مسؤ ل عنه ألأ فكلكم ر ا ع و كلكم مسؤل عن ر عيته (البخار ى مسلم)
Terjemahan hadits
Abdulllahbin Umar r.a berkata bahwa Rasullulah SAW. Telah bersabda , “kalian semua adalah pemimpin (pemilihara) dan bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Pemimpin akan ditanya tentang rakyat yang akan dipimpinya. Suami pemimpin keluarganya dan akan ditanya tentang keluarga yang akan dipimpinya. Istri memilihara rumah suami dan anak-anaknya dan akan ditanya tentang hal yang dipimpinya. Seorang hamba (buruh) memilihara harta milik majikannyadan akan ditanya tentang pemiliharaanya. Camkanlah bahwa kalian semua pemimpin dan akan dituntut (diminta pertanggung jawaban) tentang hal dipimpinnya.” (dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab “Bab dibencinya memperpanjang perbudakan”).

Asbabul Wurud
Sepanjang penelusuran pemakalah tidak menemukan asbabul wurud hadist.




Syarah Hadits
Berdasarkan hadits tersebut kita mengetahui,bahwa setiap orang yang menjadi pemimpin pasti akan dimintai suatu pertanggungjawabannya oleh Allah, sesuai tingkat kepemimpinannya itu.
Para tokoh masyarakat dan penguasa adalah pemimpin dalam suatu Negara atau organisasi. Mereka akan ditanya “apakah mereka sudah mendidik masyarakatnya menjadi orang yang beriman dan bertaqwa?”.
Suami dalam rumah tangga adalah pemimpin dalam keluarganya dan semua suami akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah tentang istri dan anaknya. “apakah mereka sudah berusaha mendidik mereka menjadi orang-orang yang sholeh atau belum?”
Istri-istri yang menjadi pemimpin dalam rumah tangga suaminya.mereka semua juga akan dimintai pertanggungjawabannya. “ Apakah mereka sudah menjalankan tugasnya sebagai istri yang sholehah, ibu rumah tangga yang baik atau belum?”
Pada intinya apa yang dikemukakan dalam hadits tersebut hanya sebagai contoh belaka, sebab permulaan hadits tersebut menegaskan bahawa setiap orang menjadi pemimpin. Dan Hadist diatas sangat jelas menerangkan tentang kepemimpinan setiap orang muslim dalam berbagai posisi dan tingkatanya. Mulai dari tingkatan pemimpin rakyat sampai tingkatan pengembala, bahkan sebenarnya tersirat sampai tingkatan memimpin diri sendiri. Semua orang pasti memiliki tanggung jawab dan akan dimintai pertanggung jawabanya oleh Allah SWT. Atas kepemimpinanya kelak di akhirat. Dengan demikian ,setiap orang islam harus berusaha untuk menjadi pemimpin yang paling baik dan sgala tindakanya tanpa didasari kepentingan pribadi atau kepentingan golongan tertentu.
Islam tujuan dan tugas utama pemimpin adalah untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasull-Nya, serta melaksanakan perintah-perintah-Nya. Seterusnya ibnu taimiyah berkata: kewajiban pemimpin yang telah ditunjuk dipandang dari segi ibadah adalah untuk mendekati diri kepada Allah SWT, pendekatan diri kepada Allah adalah dengan mentaati peraturan-peraturan dan Rasulnya, dan dia adalah seutama-utama ibadah, tugas yang sedemikian sering disalah gunakan oleh orang-orang yang ingin mencapai kedudukan dan harta.
Adapun Nash-nash al-Qur’an yang menjadi dasar kepemimpinan adalah sebagai berikut:
An-Nisa : Surat 58

                            
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.

Dari uaraian diatas dapat dikatakan Pemimpin (orang yang memimpin), berasal kata pimpin,yang artinya memimpin, menuntun,membimbing, menunjukan jalan yang baik dan benar: Artinya yaitu:mengepalai pekerjaan.
Adapun kriteria syarat-syarat menjadi pemimpin dalam islam yaitu:
Beriman dan Beramal Shaleh   
Ini sudah pasti tentunya. Kita harus memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah Allah dan rasulnya. Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia dunia maupun akherat. Disamping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal soleh.
Niat yang Lurus
Hendaklah saat menerima suatu tanggung jawab, dilandasi dengan niat sesuai dengan apa yang telah Allah perintahkan.Karena suatu amalan itu bergantung pada niatnya, itu semua telah ditulis dalam H.R bukhari-muslimDari Amīr al-Mu’minīn, Abū Hafsh ‘Umar bin al-Khaththāb r.a, dia menjelaskan bahwa dia mendengar Rasulullah s.a.w bersabda: “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut” Karena itu hendaklah menjadi seorang pemimpin hanya karena mencari keridhoan ALLAH saja dan sesungguhnya kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan kemuliaan.
Laki-Laki   
Dalam Al-qur'an surat An nisaa' (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari kaum wanita.    
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara “(mereka; maksudnya, Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik).   
Ayat ini menegaskan tentang kaum lelaki adalah pemimpin atas kaum wanita. Menurut Imam Ibnu Katsir, lelaki itu adalah pemimpin wanita, hakim atasnya, dan pendidiknya. Karena lelaki itu lebih utama dan lebih baik, sehingga kenabian dikhususkan pada kaum lelaki, dan demikian pula kepemimpinan tertinggi. Karena Nabi bersabda:
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).

Tidak Meminta Jabatan
Rasullullah bersabda kepada Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu,”Wahai Abdul Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin.Sesungguhnya jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Berpegang pada Hukum Allah.
Ini salah satu kewajiban utama seorang pemimpin.
Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).

Menasehati rakyat
Rasulullah bersabda,”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”
Tidak Menerima Hadiah
Seorang rakyat yang memberikan hadiah kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin mendekati atau mengambil hati.Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin menolak pesmberian hadiah dari rakyatnya.Rasulullah bersabda,”Pemberian hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat Thabrani).

Tegas   
Ini merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam-idamkan oleh rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya.

Lemah Lembut
Doa Rasullullah,’ Ya Allah, barangsiapa mengurus satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka, maka berlemah lembutlah kepadanya.




Pemimpin adalah Pelayan Masyarakat

حد ثنا ابو نعيم حدثنا ابو الا شهب عن الحسن ا ن عيدالله بن زيا د عا د معفل بن يسا ر فى مر ضه الذ ى ما ت فيه فقا ل له معفل انى محد ثك حد يثا ثمعته من ر سو ل الله صلى الله عليه وثلم سمعت النبي صل الله عليه و سلم يقو ل: ما من عبد يستر عيه الله ر عية فلم يعطه بنصحيه لم يجد رانحة الجنة(البخار ى مسلم)


Terjemahan Hadist
“Dari al-Hasan berkata, Ubaidillah bin Ziyad menjenguk Ma’qal bin Yasar r.a. ketia ia sakit dan menyebabkan kematiannya, maka Ma’qal berkata kepada Ubaidillah bin Ziyad “Aku akan menyatkan kepadamu sebuah hadist yang telah aku dengan dari Rasulullah saw, aku telah mendengar Nabi saw bersabda “Tiada seorang hamba yang diberikan amanat rakyat oleh Allah lalu ia tidak memeliharnya dengan baik, melainkan Allah tidak merasakan padanya harumnya surga.” (H.R Bukhari)
 
Asbabul Wurud
Dari riwayat Muslin dari Hasan diceritakan bahwa ketika Ubaidillah bin Ziyad menjungi Ma’qal ibnu Yasar yang sedang sakit, Ma’qal mengatakan kepadanya. “Aku hendak mengabarkan kepadamu suatu hadist yang seandainya aku masih hidup tidaklah aku sampaikan kepadamu, aku mendengar rasulullah bersanda “Tiada seorang amir (pemimpin) yang mengurus urusan orang muslim, kemudian dia tidak bersungguh-sungguh (melaksankannya) dan tidakpula dia dinasehati melainkan tidaklah dia akan masuk surga bersama mereka.”


Syarah Hadist
Hadist tersebut mengandung dua kemungkinan yaitu, mungkin pemimpin tersebut mengetahui tentang haramnya perbuatan tipuan itu, tetapi sengaja diingkarinya atau dilakukannya, maka dalam hal ini haram masuk syurga dan tetap dalam neraka.
Dia tidak menyadari tentang haramnya yang ia lakukan, maka mereka tidak masuk kedalam syurga bersama dengan ahli surga yang lain, tapi akhirnya ia pun akan masuk syurga.
Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin adalah orang yang diberi amanat oleh Allah Swt untuk memimpin rakyat, yang diakhirat nanti akan diminta pertanggung jawabkan oleh Allah Swt.
Oleh karena itu seorang pemimpin hendaknya jangan menganggap dirinya sebagai manusia yang bebas berbuat apa saja dan memerintah apa saja kepada rakyatnya, akan tetapi sebaiknya ia harus berusaha memposisikan dirinya sebagai pelayan dan pengayom bagi masyarakat.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.Asy-Syuára ayat 215 yang berbunyi:
        
Artinya:
“dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu,     yaitu orang-orang yang beriman”.

Hal ini menunjukan bahwa Allah SWT dan Rasul-Nya sangat peduli terhadap hambanya agar terjaga dari kezaliman, para pemimpin kejam dan tidak bertanggung jawab. Pemimpin dzalim yang tidak mau mengayomi atau tidak bertanggung jawab atau melayani rakyatnya diancam tidak akan pernah mencium harumnya syurga, sebagaimana disebutkan pada hadist diatas.
Oleh karena itu, agar kaum muslim terhindar dari pemimpin yang dzalim maka berhati-hatilah dalam memilih seorang pemimpin, pemiliha pemimpin harus betul-betul didasarkan pada kualitas, integritas, loyalitas, dan yang paling penting perilaku keagamaannya.
Seorang pemimpin adalah seorang yang telah dipercaya oleh Allah Swt untuk memelihara sebagian kecil dari hamba-Nya di dunia, maka ia harus berusaha untuk memelihara dan menjaganya.

Batas ketaatan kepada pemimpin
عن عبد ا لله بن عمر ر ضيا لله عنه عن ا لنبي صلىالله عليه وسلم قا ل:
السمع والطاعة على المر المرء المسلم فيما أحب وكره مالم يؤمر بمعصية فإذا أمر بمعسية فلا سمع ولا طاعة
(أخرحه البخا ري فى كتاب الأ حكا م)

Terjemahan hadits
“Hadits abdullah bin umr bahwa rasulullah saw bersabda “seseorang muslim wajib mendengar.taat kepada perintahnya dalam apa yang disetujui apapun tidak setuju,kecuali di peintahkan berbuat maksiat,maka tidk wajib mendengar dan tidak wajib taat. (H.R. Bukhari dalam kitab Ahkam ).
Asbabul Wurud.
Sepanjang penelusuran kami sebagai pemakalah tidak menemukan asbabul wurud.
Syarah Hadist.
Bahwa seorang pemimpin hendaknya jangan menganggap dirinya sebagai manusia super yang bebas berbuat dalam memerintah apa saja kepada rakyatnya akan tetapi sebaliknya seorang muslim wajib mentati apa yang disuruh atau apa yang diperintahkannya oleh seorang pemimpin,tetapi kalau seorang pemimpin memberi perintah untuk berbuat maksiat maka jangan dituruti
Sebagaimana dengan firman allah swt dalam al-Qur’an surah an-nisa:
                             
59.  Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Setiap mukmin adalah pemimpin
bahwa setiap orang yang menjadi pemimpin pasti akan dimintai suatu pertanggungjawabannya oleh Allah, sesuai tingkat kepemimpinannya itu.
Para tokoh masyarakat dan penguasa adalah pemimpin dalam suatu Negara atau organisasi. Mereka akan ditanya “apakah mereka sudah mendidik masyarakatnya menjadi orang yang beriman dan bertaqwa?”.Suami dalam rumah tangga adalah pemimpin dalam keluarganya dan semua suami akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah tentang istri dan anaknya.

Pemimpin adalah Pelayanan Masyarakat
Tiada seorang amir (pemimpin) yang mengurus urusan orang muslim, kemudian dia tidak bersungguh-sungguh (melaksankannya) dan tidak pula dia dinasehati melainkan tidaklah dia akan masuk surga bersama mereka.
Seorang pemimpin adalah orang yang diberi amanat oleh Allah Swt untuk memimpin rakyat, yang diakhirat nanti akan diminta pertanggung jawabkan oleh Allah Swt.
Seorang pemimpin hendaknya jangan menganggap dirinya sebagai manusia yang bebas berbuat apa saja dan memerintah apa saja kepada rakyatnya, akan tetapi sebaiknya ia harus berusaha memposisikan dirinya sebagai pelayan dan pengayom bagi masyarakat.
Batas Ketaatan Kepada Pemimpin
Ayat tersebut menjelaskan tentang ketaatan kepada seorang pemimpin umat, jika sekelompok umat tidak taat kepada pemimpin maka ia sama saja bermaksiat kepada Allah, oleh sebab itu kita harus taat kepada pemimpin kita yang mengatur dalam kehidupan kita, dalam tanda kutip seorang pemimpin yang boleh diikuti adalah pemimpin yang tau dengan syariat islam, tau dengan apa yang di pimpinya.


















Daftar Pustaka
Al-Qur’an
http://muksalmina.wordpress.com/2011/01/11/hukum-syarat-syarat-dan-kriteria-pemimpin-dalam-islam.
Ibnu Hamzah Al-Husaini Al-Hanafi Ad Dhamsyiqi, Asbabul Wurud 3 Jakarta:Kalam Mulia.

Sohari, djalil afif, hadist tematik,Jakarta:Diadit Media,2006.

Syafi Rachmad, 2003, Al-Hadits (aqidah, akhlak, social dan hokum) ,pustaka setia, Bandung.

Yulius S Suryadi,Kamus Baru Bahasa Indonesia, Surabaya, Usaha Nasional,tanpa tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar