Sabtu, 10 Oktober 2015

ULUMUL QUR.AN PEMBAHASAN AL-MUHKAM DAN AL-MUTASYABIH


PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Ayat-ayat muhkamat merupakan ayat-ayat yang mempunyai makna yang jelas, sehingga tidak perlu mencarikan maksud tertentu lainnya. Sedangkan ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang masih dikeragui makna dan maksudnya, yang lebih baik maksud dari ayat mutasyabihat tersebut ditujukan kepada Allah semata yang Maha Mengetahui. Para ulama banyak yang berbeda pendapat mengenai mampu atau tidaknya manusia  mengetahui ayat-ayat mutasyabihat.

RUMUSAN MASALAH
Sejalan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari makalah ini adalah apa yang dimaksud dengan ayat muhkamat dan mutasyabihat, pendapat para ulama mengenai ayat muhkamat dan mutasyabihat, macam-macam ayat mutasyabihat, dan hikmah mempelajari muhkam dan mutasyabihat.

TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan ayat muhkamat dan mutasyabihat, bagaimana pendapat para ulama mengenai ayat muhkamat dan mutasyabihat, macam-macam ayat mutasyabihat, dan apa hikmah mempelajari muhkam dan mutasyabihat.

MANFAAT PENULISAN
Makalah ini ditulis dengan harapan dapat mendatangkan manfaat bagi kita semua terutama bagi penulis dan pembaca. Manfaat dari makalah ini diantaranya; untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca mengenai apa yang dimaksud dengan ayat muhkamat dan mutasyabihat, bagaimana pendapat para ulama mengenai ayat muhkamat dan mutasyabihat, macam-macam ayat mutasyabihat, dan apa hikmah mempelajari muhkam dan mutasyabihat.





PEMBAHASAN


PENGERTIAN MUHKAMAT DAN MUTASYABIHAT
Menurut bahasa, muhkamat bersal dari  kata-kata ﯿﺤﮓﻢ - ﻠﺤﮓﻢ - ﻤﺎ ﻠﺤﮓ  yang berarti kekokohan, kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Sedangkan mutasyabihat berasal dari kata   yang berarti kemiripan, keserupaan, kesamaan.

Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menggunakan kata-kata tersebut. Seperti firman Allah SWT dalam surat Ali-Imran ayat 7, menjelaskan tentang ayat muhkamat

uè %#                                                 

Artinya: Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al-Qur’an)kepada kamu. Diantara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat dari padanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal dia tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah, dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata:”kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semua itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (dari padanya)melainkan orang-orang yang berakal. (QS.Ali-Imran:7)

    Dalam ayat lain menjelaskan tentang ayat mutasyabihat, seperti firman Allah SWT dalam QS,Al-Zumar 23:
                                   

Artinya: Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu)Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya)lagi berulang-ulang gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut pada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah.” (QS.Az-Zumar:23)

Pengertian muhkamat, dan mutasyabihat menurut para ahli:
Dalam masalah definisi muhkan dan mutasyabih, terjadi banyak pendapat. Yang terpenting diantaranya sebagai berikut:
Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedangkan mutasyabih hanyalah diketahui maksudnya oleh Allah sendiri.
Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu segi, sedang mutasyabih mengandung banyak segi
Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahiu secara langsung, tanpa memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih tidak demikian, ia memerlukan penjelasan dengan merujuk kepada ayat-ayat lain.
Mhkam iyalah Induk Al-Kitab dan asli yang jadi tempat kembali padanya, ia adalah ayat-ayat yang jelas dalalah atau maksudnya, sehingga tidak menimbulkan keraguan bagi seseorangpun.
Ayat Al-mutasyabih ialah: menimbulkan keraguan bagin sebagian besar manusia dan hanya diketahui oleh sebagian orang yang mendalam ilmunya.
Menurut al-Razi, muhkam adalah ayat yang dalalahnya kuat baik maksud maupun lafazhnya, sedangkan mutasyabih dalalahnya masih bersifat mujmal, memerlukan ta’wil dan sulit dipahami.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ayat-ayat muhkamat itu adalah ayat yang jelas dan terang maknanya sehingga maksudnya dapat dipahami dengan mudah. Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat yang kurang jelas atau samar-samar maknanya, sehingga sulit untuk mengetahui maksudnya secara pasti.

PENDAPAT ULAMA TENTANG AYAT MUHKAMAT DAN MUTASYABIH
Para ulama berbeda pendapat mengenai mampu atau tidaknya manusia mengetahui ayat-ayat mutasyabihat. Paerbedaan pendapat ini berpangkal dari pemahaman makna surat Ali-Imran:7

Artinya :… tidak ada yang mengetahui ta’winya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata “ kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.(Qs.Ali-Imran:7)

Sumber perbedaan pendapat tersebut berpangkal pada masalah wakaf (berhenti) dalam ayat ,”Wamaya’lamuta’awilahu illallah, war-rasikhuna fil’ilmi yaqulunaamannabihi.” Apakah kedudukan lafazh ini sebagai huruf isti’naf (permulaan )dan waqaf dilakukanpad lafazh “wama ya’lamu ta’wilahu illa Allah,” ataukah ia ma’thuf? Sedangkan lafazh “wa yaquluna” menjadi hal dan waqafnya pada lafazh “war-rasiquna fil ‘ilmi.”
    Pendapat pertama mengatakan “isti’naf”. Pendapat ini didukung oleh sejumlah tokoh seperti Ubay Bin Ka’ab, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, sejumlah sahabat dan tabi’in dan lainnya. Bereka beralasan antara lain dengan keterangan yang riwayatkan oleh Al-Hakim dalam Mustadrak-Nya, bersumber dari Ibnu Abbas, bahwa ia membaca; “Wamaya’lamuta’awilahu illallah, war-rasikhuna fil’ilmi yaqulunaamannabihi”. Juga dengan qira’at Ibnu mas’ud, “Wa inna ta’wilahu ‘indallahi war-rasiquna fil’ilmi yaquluna amanna bihi"dan dengan ayat itu sendiri yang mengatakan celaan terhadap orang-orang yang hatinya “condong kepada kesesatan dan berusaha menimbulkan fitnah.” Dari Aisyah, ia berkata ; Rasulullah membaca ayat ini Huwalladzi anzala ‘alaika alkitab“ sampai dengan ; “ulul albab.” Kemudian beliau bersabda, “Apabila kamu melihat orang yang suka mengikuti ayat-ayat mutasyabihat, maka itulah mereka yang disinyalir Allah, waspadalah terhadap mereka.” Pendapat kedua, mengatakan bahwa “waw” sebagai huruf ‘athof. Ini dipilaih oleh segolongan ulama lain yang dipelopori oleh Mujahid.
Diriwayatkan dari Mujahid, katanya,"saya telah membacakan mushafkepada ibnu Abbas mulai dari Al-Fatihah sampai tamat. Saya pelajari sampai paham setiap ayatnya dan saya tanyakan kepadanya tentang tafsirnya.” Pendapat ini juga dipilih ileh An-Nawawi. Dalam Syarah Muslim-nya ia menegaskan, inilh pendapat yang paling shahih, karena tidak mungkin Allah menyeru hambahambaNya dengan sesuatu yang tidak dapat diketahui maksudnya oleh mereka.

Hal lain yang mendatangkan perbedaan pendapat adalah, apakah ayat-ayat mutasyabih itu harus ditafsirkan atau ditakwilkan sehingga dapat diketahui maknanya, dalam hal ini terdapat tiga pendapat:
Mahzab Salaf
Berpendapat menyerahkan makna mutasyabihat kepada Allah saja dengan tujuan mensucikan Allah dari hal-hal yang mustahil bagi-Nya.
Mazhab Khalaf yang terpecah menjadi dua yaitu: kelompok yang mentakwilkan ayat-ayat mutasyabihat terhadap ayat-ayat yang tidak diketahui penjelasannya yaitu sifa-sifat yang tetap bagi Allah. Kelompok kedua yaitu kelompok yang mentakwilkan sifat-sifat yang hanya bisa diyakini dengan jalan menjelaskannya, maka dipalingkan lafazh yang mustahil menurut zahirnya dari ayat-ayat mutasyabihat kepada makna yang pantas menurut etiologi.
Mazhab Mutawassithin mengambil jalan tengah diantara kedua pendapat diatas, yaitu apabila takwil itu dekat kepada bahasa Arab maknanya tidak boleh ditolak dan apabila jauh maka kita harus menjauhkan diri dirinya dan kita beriman serta meyakini ayat tersebut untuk mensucikan sifat Allah dari penyerupaan-Nya dengan makhluk.

MACAM-MACAM AYAT MUTASYABIH
Para ulama membagi ayat mutasyabihat kepada tiga macam.
Mutasyabihat dari segi lafaznya
Mutasyabihat dari segi lafaz dapat di bagi kepada dua macam:
Yang dikembalikan kepada lafaz yang tunggal yang sulit pemaknaanya, seperti ﺍﻠﻌﯿﻦ dan ﺍﻠﯿﺪ
Yang dikembalikan kepada bilangan susunan kalimatnya yang tercangkup kepada tiga bagian, yaitu:
Mutasyabih karena ringkasan kalimat
Seperti firman Allah: ﻮﺍﻦﺨﻓﺘﻢﺍﻻﺘﻘﺴﻄﻮﺍﻓﯽﺍﻠﯿﺘﻤﯽ
Yang dimaksud dengan ﺍﻠﯿﺘﻤﯽ disini juga mencakup  ﺍﻠﯿﺘﯿﻤﺎﺖ
Mutasyabih karena luasnya kalimat
Sepert firman Allah: ﺸﻲﺀ ﻠﯿﺲ ﻜﻤﺜﺎﻪ
Niscaya akan mudah difahami jika ﻠﯿﺲﻤﺜﻠﻪ ﺸﻲﺀ
Mutasyabih karena susunan kalimat
 Seperti firman Allah:ﻋﺒﺪﻩﺍﻠﻜﺘﺎﺐﻮﻠﻢ ﯿﺠﻌﻞ ﻠﮫﻋﻮﺍﺠﺎﻘﯿﻤﺎﺍﻨﺰﻞﻋﻠﯽ
Akan mudah dipahami jika diungkapkan dengan
ﯿﺠﻌﻞ ﻠﮫﻋﻮﺍﺠﺎﺍﻨﺰﻞﻋﻠﯽ ﻋﺒﺪﻩﺍﻠﻜﺘﺎﺐﻮﻠﻢ
Mutasyabihat dari segimaknanya
Mutasyabihat dari segi maknanya, menurut as-Suyuti ada lima macam, yaitu:
Mutasyabihat dari segi kadarnya, seperti lafaz yang umum dan khusus
      ﺍﻘﺘﻠﻮﺍ ﺍﻠﻤﺸﺮﻜﯿﻦ
Mutasyabihat dari segi cara, seperti perintah wajib dan sunnah
ﻔﺎ ﻨﻜﺤﻮﻤﺎ ﻄﺎ ﺐ ﻠﻜﻢﻤﻦﺍﻠﻨﺴﺎﺀ      
Mutasyabihat dari segi waktu, seperti nasakh dan mansyukh ﺘﻗﺎ ﺘﻪ ﺍﺘﻗﻮﷲ ﺤﻖ
Mutasyabihat dari segi tempat dan suasana dimana ayat tersebut diturunkan, misalnya ﻮﺍﻠﺮﺍﺴﺨﻮﻦﻔﻲﺍﻠﻌﺎﻡ
Mutasyabihat dari segi syarat-syarat, sehingga suatu amalan itu tergantung dengan ada atau tidaknya dibutuhkan, misalnya ibadah sholat dan nikah di tidak dapat dilaklsanakan jika tidak cukup syarat.

Selain dari itu, Ashfahaniy membagi ayat-ayat mutasyabihat menjadi tiga macam.
Ayat-ayat yang tidak dapat ditangkap maknanya keculi oleh Allah. Misalnya, mengenai kedatangan hari kiamat.
Ayat-ayat yang mungkin saja manusia menangkap maknanya dengan melalui sebab tertentu.
Ayat-ayat yang tidak bisa ditangkap maknanya oleh kebanyakan orang, tetapi bisa ditangkap oleh orang tertentu, yaitu mereka yang oleh Al-Qur’an disebut Al-Rashikuna fi Al-Ilmi.
       
URGENSI MEMPELAJARI MUHKAM DAN MUTASYABIH
Para ulama menyebutkan beberapa hikmah ayat-ayat mutasyabihat, empat diantaranya disebutkan oleh Al-Suyuthi dalam kitabnya Al-Itqan:
Mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk mengungkapkan maksudnya, dengan akan menambah pahala.
Seandainya Al-Qur’an semuanya muhkamat, niscaya hanya ada satu mahzab. Sebab kejelasanyan itu akan membatasi semua mahzab yang selainnya, selanjutnya hal ini akan mengakibatkan para penganut mazhab tidak mau menerima dan memanfaatkannya. Dengan demikian, maka seluruh penganut mazhab memperhatikan dan memikirkannya. Jika mereka terus menggali maka akhirnya ayat-ayat yang muhkmat menjadi penafsiran bagi ayat-ayat mutasyabihat.
Apabila Al-Quran mengandung ayat-ayat mutasyabihat, maka untuk memahaminya diperlukan cara penafsiran tarjih antara satu  dan lainya, selanjutnya hal ini memerlukan kepada berbagai ilmu bahasa, gramatika, ma’ani, bayan, usul fiqih dan lain-lainya. Seandainya tidak seperti itu maka tidak akan muncul ilmu-ilmu tersebut.
Al-Qur’an berisi dakwah kepada orang-orang tertentu dan umum. Orang-orang awam biasanya tidak menyukai hal-hal yang bersifat abstrak. Oleh karena itu, jika mereka mendengar pertama kalinya tentang sesuatu wujud tetapi  tidak berwujud fisik dan berbentuk, mereka menyangka bahwa hal itu tidak benar dan akhirnya mereka terjerumus pada ta’thil (peniadaan sifat Allah). Karena itu, sebaiknya disampaikan kepada mereka lafal-lafal yang menujukan pengertian-pengertian yang sesuai dengan imajinasi dan khayal mereka. Pertama adalah ayat-ayat mutasyabihat yang dengannya diajak bicara pada  tahap pemula. Pada akhirnya,bagian kedua berupa ayat muhkamat menyingkapkan hakikat sebenarnya.
Merupakan rahmat Allah kepada manusia yang lemah ini, yang tak sanggup mengetahui segala sesuatu. Ketika Tuhan menampakkan (tajalli) kepada Nabi Musa disebuah gunung, lalu karenanya ia menjadi pingsan, maka  bagaimanakah seandainya Tuhan menampakkan zat-Nya ?. Oleh karena itu, maka Allah merahasiakan terjadinya kiamat kepada manusia sebagai rahmat-Nya agar mereka tidak bermalas-malasan dalam menghadapi hari kiamat itu, dan juga agar tidak dihantui oleh rasa takut dan gelisah karena dekatnya waktu kiamat tersebut.
Sebagai ujian dan cobaan apakah manusia itu betul-betul percaya kepada berita yang benar, ataukah tidak.
Untuk membuktikan kelemaha dan kebodohan manusia,sekalipun ilmunya banyak. Dan juga membuktikan dengan nyata kekuasaan Allah yang luar biasa, bahwa Dia sendiri sajalah yang mengetahui segala sesuatu dengan ilmu-Nya, sedangkan makhluknya tidak mengetahui apa-apa dari ilmi Allah, kecuali apa yang dikehendaki-Nya. Dengan kelemahan itulah, maka manusia diharapkan tidak akan sombong.
Untuk memudahkan menghafal dan memelihara Al-Qur’an, karena setiap kata yang mengandung segi-segi yang lazim mempunyai kesamaran, biasanya menunjukkan arti yang banyak sekali, melebihi apa yang seharusnya dari pokok perkataan. Seandainya arti-arti yang banyak ini dijabarkan dengan menggunakan lafazh-lafazh, tentulah Al-Qur’an itu akan terdiri dari beberapa jlid yang tebal, sehingga menyulitkan orang untuk menghafal dan memeliharanya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahfi: 109   
”Katakanlah: “ kalau sekiranya lautan menjadin tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (Qs.Al-Kahfi: 109).
Dengan adanya muhkam dan mutasyabih di dalam Al-Qur’an, mendorong ahli pikir untuk meminta bantuan berdasarkan dalil aqliyah, sehingga iya terlepas dari dari kegelapan taqlid. Dalam keadaan demikian Al-Qur’an menjunjung tinggi aqal pikiran dan memegangnya dengan teguh, sebagai dasar untuk mencari kebenaran. Seandainya Al-Qur’an itu semuanya muhkam, tentulah iya tidak membutuhkan kepada dalil-dalil aqli, sehingga akal itu dalam keadaan sia-sia.

























PENUTUP

KESIMPULAN
Ayat-ayat muhkamat merupakan ayat-ayat yang mempunyai makna yang jelas, sehingga tidak perlu mencarikan maksud tertentu lainnya. Sedangkan ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang masih dikeragui makna dan maksudnya, yang lebih baik maksud dari ayat mutasyabihat tersebut ditujukan kepada Allah semata yang Maha Mengetahui.

SARAN
Demikian makalah ini penulis buat,semoga bias bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Dan semoga kita bias mengetahui tentang ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat lebih jelas lagi. Dalam penulisan makalah ini,mungkin bamyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar kami dapat lebih baik pada penulisan selanjutnya.


















DAFTAR PUSTAKA

       
    Chalik,Chaeredji abd.2007.’Ulumul al-Quran. Jakarta:Diadit Media.
    Manna Al-Qaththan,Syakih.2010. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an .Jakarta: Pustaka Al Kautsar   
    Hermawan Acep.2011.Ulumul Qur’an.Bandung: Remaja Rosdakarya
    Mansyur,Kahar. 1992.Pokok-Pokok Ulumul Qur’an.Jakarta: rineka Cipta   
Zaini,Hasan,Hasananah,Radiatul.2010.’Ulumul al-Quran.STAIN Batusangkar Press.   





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar