Sabtu, 10 Oktober 2015

ULUMUL QUR.AN PEMBAHASAN Konsep al-Qur’an sebagai mu’jizat merupakan sebuah doktrin Islam yang


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Konsep al-Qur’an sebagai mu’jizat merupakan sebuah doktrin Islam yang telah menarik perhatian para pemikir muslim selama beberapa generasi. Sepanjang sejarah, tantangan Qur’an untuk membuat teks yang sama tidak pernah terjawab dengan sukses. Meskipun manusia dan jin bersatu padu, mereka tidak akan pernah mampu menghasilkan yang sama seperti al-Qur’an (QS. Al-isra’ :88). Tantangan ini disebutkan secara berulang-ulang dalam QS Hud:16 dan QS Yunus:39.
Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa tahaddi tidak pernah bisa dipenuhi karena ia merupakan salah satu aspek pokok keunikan dan tidak bisa ditirunya al-Qur’an yang disebut I’jaz.












BAB II
I’JAZ AL-QUR’AN

Pengertian I’jaz al-Qur’an
Kata i’jaz diambil dari kata a’jaza- ya’jizu- i’jaaza yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Hal ini sejalan dengan firman Allah QS. Al-Maidah:31
  “...mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini.” (QS. Al-Maidah:31)
Secara istilah Manna al-Qathan mendefinisikan i’jaz yaitu memperlihatkan kebenaran Nabi dalam pengakuan kerasulannya dengan cara membuktikan kelemahan orang arab dan generasi sesudahnya untuk menandingi kemu’jizatan al-Qur’an.
Dari pendapat di atas dapat difahami bahwa I’jaz al-Qur’an adalah membuat orang menjadi lemah atau tidak mampu menandingi atau membuat seperti al-Qur’an. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai mu’jizat. Mu’jizat didefinisikan sebagai suatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah SWT melalui para nabi dan rasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.
 Adapun pengertian mu’jizat secara istilah ada beberapa pendapat, antaranya:
Mu’jizat menurut pakar Agama Islam sebagai sesuatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku Nabi, sebagai bukti kenabiannya sebagai tantangan bagi orang yang ragu  untuk melakukan atau mendatangkan hal yang serupa tetapi tidak melayani tantangan itu.
Manna al-Qatthan juga mendefinisikannya: “suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai dengan unsur tantangan dan tidak akan dapat ditandingi”.
Mu’jizat menurut az-Zarqani adalah suatu perkara dimana manusia biasa dengan sendiri maupun bersama-sama tidak mampu melakukannya, atau merupakan perkara (yang kehadirannya) lain dari pada yang lain, tidak terikat oleh hukum sebab dan akibat yang telah makruf diciptakan Allah tentang orang yang mengakui dirinya Nabi sebagai saksi (bukti) kebenaran kenabian.
Mustafa seorang Syi’ah mengatakan bahwa mu’jizat al-Qur’an adalah cepat melenyapkan kepandaian kepujanggaan bangsa Arab sehingga ahli-ahli kesastraan yang terkenalpun tidak dapat mengubah kalimat-kalimat dan susunan kata yang sama indah dalam al-Qur’an.
Muhammad Ali al-shabuni merumuskan “menetapkan kelemahan manusia, baik secara sendiri-sendiri maupun kelompok untuk dapat mendatangkan yang seperti al-Qur’an”
Dari beberapa definisi di atas, jelaslah bahwa pengertian mu’jizat tersebut penekanannya kepada kelemahan orang untuk mendatangkan yang sepertinya, dan ini sudah dimaklumi oleh setiap orang yang berakal, karena memang sejak dahulu sampai sekarang dan nanti tidak ada seorangpun yang sanggup untuk menandinginya. Tetapi tujuannya bukanlah semata-mata untuk melemahkan, melainkan juga untuk menampakkan bahwa kitab ini adalah benar dan Rasul yang membawanya adalah Rasul yang benar pula.
Sebagai contoh tentang mu’jizat Nabi Ibrahim AS. Ketika itu kaum Ibrahim adalah orang-orang yang menyucikan berhala dan menjadikan berhala itu sebagai sesembahan. Sewaktu mereka akan membakar Nabi Ibrahim, terlebih dahulu mereka menghadap dan menyembah berhala itu dengan khidmad. Mereka mohon restu untuk melemparkan Ibrahim ketengah-tengah kobaran api.
Menurut logika, seharusnya berhala-berhala yang di anggap sebagai Tuhan itu akan membalas kepada orang yang pernah menghancurkan jika benar bahwa berhala itu bisa berbuat sesuatu kepada manusia dan patut dijadikan sesembahan.
Namun ketika itu mu’jizat yang dibawa Nabi Ibrahim  memperlihatkan keunggulannya. Maka apipun tak mampu membakar kulit Nabi Ibrahim. Dengan mu’jizat ini, api menjadi berubah sifatnya, yakni api yang biasanya bersifat membakar berubah menjadi dingin seketika.
Maka hati mereka terguncang dan kepercayaan mereka memudar, karena berhala yang semula disucikan dan menjadi sesembahan, nilainya merosot dan terhina. Melalui para Rasul, tampak sangat jelas bahwa Allah adalah Maha Kuasa. Dengan mu’jizatnya, para Rasul telah menunjukkan kemampuannya menembus ketentuan hukum alam. Dalam hal ini, mu’jizat yang ada pada Nabi Muhammad berupa al-Qur’an jelas berbeda dengan mu’jizat para Rasul sebelumnya. I’jazul Qur’an (kemu’jizatan al-Qur’an) melebihi segalanya dibanding dengan apa yang sedang mereka banggakan. Dan keutamaan mu’jizat al-Qur’an ini bukan hanya ditunjukkan kepada bangsa arab, namun al-Qur’an dengan keutamaan mu’jizatnya itu diperuntukkan kepada seluruh alam.
Ditinjau dari segi bahasa dan sastra, maka mu’jizat al-Qur’an sudah terbukti jauh lebih unggul dibanding dengan yang pernah dicapai bangsa Arab. Sejak turunnya al-Qur’an sudah disertai dengan mu’jizat yang bersifat universal, berlaku bagi seluruh alam dan seluruh masa. Disamping itu Allah juga menjamin terhadap kesuciannya.
Disamping untuk menumbuhkan keyakinan pada manusia bahwa al-Qur’an betul-betul wahyu dari Allah, I’jazul Qur’an juga merupakan bukti kebenaran Muhammad sebagai Rasul Allah. Karenanya, sasaran mu’jizat al-Qur’an adalah non muslim. Sedangkan bagi orang muslim, kekaguman mereka terhadap al-Qur’an menunjukkan adanya keistimewaan dalam al-Qur’an.
Dengan demikian, I’jazul Qur’an mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
Untuk membuktikan kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Untuk membuktikan bahwa kitab suci al-Qur’an benar-benar merupakan wahyu dari Allah.
Untuk menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah manusia.
Untuk menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa manusia.
 Quraish Shihab  menjelaskan empat unsur mu’jizat, yaitu:
Hal atau peristiwa yang luar biasa. Peristiwa-peristiwa alam atau kejadian sehari-hari walaupun menakjubkan tidak bisa dinamakan mu’jizat. Ukuran “luar biasa” tersebut adalah tidak bertentangan dengan hukum alam, namun akal sehat pada waktu terjadinya peristiwa tersebut belum bisa memahaminya.
Terjadi atau dipaparkan oleh seorang Nabi. Artinya sesuatu yang luar biasa tersebut muncul atau berkenaan dengan seorang Nabi. Peristiwa besar yang muncul dari seorang calon Nabi tidak bisa dikatakan mu’jizat, apalagi dari manusia biasa seperti kita.
Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian. Mu’jizat terkait erat dengan tantangan dan jawaban terhadap orang-orang yang meragukan kenabian. Jadi peristiwa yang terkait dengan Nabi, tapi tidak berkenaan dengan kenabian tidak bisa dikatakan sebagai mu’jizat.
Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani. Mu’jizat merupakan tantangan terhadap orang-orang yang meragukan atau mengingkari kenabiaan dan mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut. Oleh karena itu, kalau tantangan tersebut mampu dilawan atau dikalahkan, maka tantangan tersebut bukan lah bentuk mu’jizat.
Keempat unsur tersebut menjadi syarat bagi peristiwa tertentu sehingga peristiwa ini bisa dinamakan mu’jizat. Kalau salah satu unsur tersebut tidak ada, maka persitiwa itu tidak bisa dikatakan sebagai mu’jizat.

Macam-macam mu’jizat:
Mu’jizat yang bersifat material indrawi lagi tidak kekal.
Mu’jizat ini biasanya dapat disaksikan atau dijangkau langsung melalui panca indra masyarakat tempat Nabi menyampaikan risalah. Perahu nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang dahsyat, tidak terbakarnya nabi Ibrahim dalam kobaran api yang sangat besar, dan lain-lain.
Mu’jizat yang bersifat immaterial, logis, dan dapat dibuktikan sepanjang masa.
Al-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar nabi Muhammad SAW, sebab kemu’jizatan al-Qur’an berlaku sepanjang masa.


Aspek-aspek Kemu’jizatan al-Qur’an
Gaya Bahasa
Al-Qur’an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya, sehingga membuat kagum bukan saja orang mukmin, tetapi juga orang-orang kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik sering secara sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an yang dibaca oleh kaum muslim. Kaum muslimin di samping mengagumi keindahan bahasa al-Qur’an juga mengagumi kandungannya serta meyakini bahwa ayat-ayat al-Qur’an adalah petunjuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Susunan Kalimat
Kendatipun al-Qur’an, hadits Qudsi dan hadits Nabawi sama-sama keluar dari mulut Nabi, uslub (style) atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa al-Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya dibandingkan dengan dua yang lainnya. Al-Qur’an muncul dengan uslub yang begitu indah. Di dalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa dan tidak akan pernah ada pada ucapan manusia.
Hukum Ilahi yang Sempurna
Al-Qur’an menggunakan dua cara untuk menetapkan sebuah ketentuan hukum:
Secara global
Persoalan Ibadah umumnya diterangkan secara global, sedangkan perinciannya diserahkan kepada para ulama melalui ijtihad.
Secara terperinci
Hukum yang dijelaskan secara terperinci adalah yang berkaitan dengan hutang-piutang, makanan yang halal dan yang haram, memelihara kehormatan wanita, dan masalah perkawinan.
Ketelitian redaksinya.
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya.
Contohnya:
“Al-hayah” (hidup) dan “al-maut” (mati), masing-masing sebanyak 145 kali.
“an-naf” (manfaat) dan “al-madharah” (mudarat) masing-masing sebanyak 50 kali.
“ash-shalihat” (kebajikan) dan “as-sayyi’at” (keburukan), masing-masing sebanyak 167 kali.

Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan sinonim/makna yang dikandungnya.
Contohnya:
“al-‘Ushb” dan “adh-dhurur” (membanggakan diri / angkuh), masing-masing 27 kali.
“al-harts” dan “az-zira’ah” (membajak / bertani), masing-masing 14 kali.

Keseimbangan antara jumlah     bilangan kata dengan jumlah yang menunjukkan akibatnya.
Contohnya:
“al-Fahisyah” (kekejian) dengan “al-ghadhab” (murka), masing-masing 26 kali.
“al-kafirun”(orang-orang kafir) dengan “an-nar/al-ahraq” (neraka / pembakaran), masing-masing 154 kali.
Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
Contohnya:
“al-maq’izah” (nasehat / petuah) dengan “al-lisan” (lidah) masing-masing 25 kali.
“al-asra” (tawanan) dengan “al-harb” (perang), masing-masing sebanyak 6 kali.

Di samping keseimbangan tersebut adalagi keseimbangan khusus.
Contohnya: kata “Yaum” (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata hari yang menunjuk pada bentuk plural (“ayyam’) atau dua (“yawmaini”), jumlah keseluruhannya hanya 30, sama dengan jumlah hari dalam sebulan .

Aspek berita ghaib
Berita-berita ghaib yang terdapat pada wahyu Allah, yakni Taurat, Injil, dan Al-Qur’an merupakan mu’jizat. Berita ghaib dalam wahyu Allah itu membuat manusia takjub karena akal manusia tidak sampai kepada hal-hal tersebut. Salah satu mu’jizat al-Qur’an adalah bahwa di dalamnya banyak sekali terdapat ungkapan dan keterangan yang rahasianya baru terungkap oleh ilmu pengetahuan dan sejarah pada akhir abad ini, makna yang terkandung di dalamnya sama sekali tidak terbayangkan oleh pikiran orang yang hidup pada masa al-Qur’an diturunkan.

Isyarat-isyarat Ilmiah
Banyak sekali isyarat-isyarat ilmiah yang ditemukan dalam al-Qur’an, misalnya:
Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri dan cahaya bulan merupakan pantulan. (QS Yunus:5)
Kekurangan oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan napas.
(QS Al-An’am: 125)
Perbedaan sidik jari manusia. (QS Al-Qiyamah: 4)
Masa penyusuan ideal dan masa kehamilan minimal. (QS Al-baqarah: 233).

Urgensi I’jaz al-Qur’an
Selain menumbuhkan keyakinan kepada Allah bahwa Al-Qur’an merupakan benar-benar wahyu dari Allah. I’jazul Qur’an juga sebagai bukti kebenaran Muhammad sebagai utusan dari Allah. Hal ini disebabkan target sasarannya adalah non muslim, sedangkan bagi orang muslim sendiri kekagumannya terhadap al-Qur’an menunjukkan adanya keistimewaan dalam al-Qur’an.
Dengan demikian, urgensi dapat dilihat dari dua segi:
Tataran Teologis
Semakin menambah keimanan bahkan tidak jarang orang akan masuk Islam tatkala sudah mengetahui I’jaz al-Qur’an, terutama tentang isyarat ilmiah yang telah dapat dibuktikan.
Tataran Akademis
Semakin memperkaya khazanah keilmuan keislaman, khususnya berkaitan dengan Ulum al-Qur’an.
Bukti Historis Kegagalan Manusia Menandingi al-Qur’an
Belum pernah ada dalam sejarah manusia, seorang penulis penuh kemampuan yang dimilikinya berani mengajukan tantangan seperti al-Qur’an. Dan penulis manapun tidak mungkin dapat menghasilkan suatu karya yang tidak dapat di tantang oleh penulis lain, atau bahkan mungkin karya lain itu akan lebih baik.
Maka jika sesuatu yang tidak dapat ditandingi oleh manusia tertentu bukan produk manusia dan sekaligus membuktikan bahwa sesuatu tersebut berasal dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapt ditandingi oleh siapapun.
Sejarah telah membuktikan bahwa orang-orang Arab ternyata gagal menandingi al-Qur’an. Inilah beberapa catatan sejarah yang memperlihatkan kegagalan itu:
Pemimpin Quraisy pernah mengutus Abu al-Walid, seorang sasrtawan ulung yang tiada bandingnya untuk membuat sesuatu yang mirip dengan al-Qur’an.
Musailamah bin Habib al-Kadzdzab yang mengaku sebagai Nabi juga berusaha mengubah sesuatu yang mirip dengan ayat-ayat al-Qur’an.
Al-Aswad al-Unsi yang juga mengaku menjadi nabi di Yaman menduga bahwa wahyu telah turun kepadanya, dan dia mengaku sebagai nabi yang menerima wahyu.
Thulaihah bin Khualid al-Asadi, juga mengaku sebagai nabi. Dia menduga bahwa Dzu An-nun (nama malaikat) menandinginya untuk menyampaikan wahyu. Tetapi dia tidak berani mengakuinya.
Untuk menjawab penolakan orang Quraisy terhadap al-Qur’an sebagai wahyu Allah, al-Qur’an menantang mereka dengan tahapan sebagai berikut:
Mendatangkan semisal al-Qur’an secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan dalam surah al-Isra’:88
     “Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS Al-Isra’:88)

Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam al-Qur’an. Sebagaimana dijelaskan dalam surah Hud ayat 13:
     “Bahkan mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat-buat al-Qur’an itu”. Katakanlah, “(kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamai dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.” (QS Hud:13)



Mendatangkan satu surat saja yang menyamai surat-surat yang ada dalam al-Qur’an, sebagaimana  dijelaskan dalam surat Al-baqarah ayat 23:
     “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Al-baqarah:23)







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
 I’jaz adalah  upaya untuk menegaskan kebenaran seorang nabi dan pada saat yang sama ia juga menegaskan kelemahan manusia yang meragukan dan mengingkari kenabian. Sedangkan Mu’jizat adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu
 Mu’jizat terbagi menjadi dua, yaitu mukjizat material indrawi yang bersifat tidak kekal dan berlaku untuk jaman tertentu, dan mukjizat immaterial, bersifat kekal dan abadi, yang dapat dibuktikan sepanjang masa, dan berlaku sampai dunia ini berakhir. Ada lima faktor yang menyebabkan manusia tidak mampu menandingi al-Quran. Kelima faktor tersebut telah terbukti terjadi pada bangsa Arab dan akan selalu menjadi alasan sampai kapan pun mengapa manusia tidak akan mampu menandingi al-Quran.

Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, karena ilmu dan sumber yang pemakalah miliki. Oleh karena itu, kami minta saran kepada pembaca untuk kesempurnaan makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita semua dalam kehidupan sehari-hari. Amiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar